Di tengah hiruk pikuk kota London, wanita Indonesia pecinta lingkungan bernama Suzy Hutomo tertarik dengan sebuah toko kosmetik yang didominasi berwarna hijau. Di depan took tersebut terpampang sebuah poster yang berisi pesan dari sebuah organisasi non-profit. Ia pun memasuki toko tersebut. The Body Shop namanya – brand kosmetik berbahan dasar alami yang akhirnya ia bawa bersama sang suami ke Indonesia pada 1992. Ia merasa bahwa visi dan misinya dengan The Body Shop berjalan selaras. “Menjadi seorang aktivis adalah perjalanan personal saya yang banyak bersentuhan dengan kegiatan lingkungan. Begitu juga dengan The Body Shop, sehingga saya merasa beruntung hasrat mencintai lingkungan sejalan dengan fokus The Body Shop,” tandasnya.
Fokus The Body Shop adalah lingkungan sosial, terutama yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia dan kepercayaan diri. Melalui produk dan aksi-aksinya, The Body Shop telah menjadi pemimpin dalam memerangi pengujian terhadap hewan, gerakan anti perdagangan manusia, dan meraih berbagai pencapaian pada banyak isu lingkungan. “Saya pun memanfaatkan peran dunia digital dengan membuat blog pribadi yang berfokus pada green living untuk menginspirasi banyak orang untuk memulai hidup ramah lingkungan,” lanjutnya.
Ia melihat kini semakin banyak orang Indonesia yang tertarik menggunakan kosmetik yang natural, bahkan organik. Namun yang menjadi tantangannya adalah bagaimana mempersiapkan generasi muda (millennial) untuk memiliki kesadaran akan lingkungan. Tetapi ia tak khawatir, karena jutaan pelanggan The Body Shop merupakan salah satu hadiah terbaik untuk lingkungan. “Mereka adalah orang-orang yang telah ikut serta membuat perubahan. Mulai dari kebiasaan mengembalikan bekas kemasan ke toko (recycle) sampai ikut memberi donasi pada projek-projek lingkungan dan sosial The Body Shop. Kami ingin para pelanggan tidak hanya tampil cantik dan merasa nyaman. Tetapi juga turut berbuat banyak kebaikan. I believe beauty starts from within,” pesannya. (MEL) FOTO: DOK. SUZY HUTOMO