Kehidupan percintaan Coco Chanel selalu menjadi tanda tanya besar di sejumlah biografinya. Ada satu sosok yang begitu membekas walau ternyata keduanya tak ditakdirkan berjodoh. Duke of Westminster menjadi pribadi yang spesial di kehidupan Coco Chanel. Waktu-waktu yang mereka arungi bersama rupanya melahirkan cerita-cerita menarik yang menjadi latar belakang lahirnya karya masyhur di tahun 1920-an kala itu.
Bagi ahli parfum Prancis, Olivier Polge, kisah tersebut menjadi inspirasinya menciptakan wewangian baru dari lini Les Eaux de Chanel bertajuk Paris-Édimbourg. Desa di pinggiran Skotlandia tempat Coco menghabiskan waktu sambil bersinergi dengan alam hijau, sesekali pergi memancing dan bermain kartu dengan mendiang Winston Churchill, merupakan sumber ide untuk menggali aroma parfum lebih jauh lagi.
Pada akhirnya Polge memantapkan buah juniper beri dan kayu peaty sebagai dua unsur utama dari parfum Paris-Édimbourg. Sedikit aroma lavender dan kayu cedar ditambahkan untuk memperkuat aksen smoky dan maskulin. Sensasi hangat dapat dirasakan oleh adanya kehadiran aroma vanila dan musk yang bercampur manis menghasilkan lini wewangian untuk dikenakan para laki-laki dan perempuan.
Botol parfum sederhana khas Chanel menjadi pemulas terakhir untuk satu kesatuan wewangian hangat yang memancarkan karakter Coco sepenuhnya. Olivier Polge menjelaskan, “aromanya terasa bak habis berjalan-jalan di pedesaan dan menajam di sebuah lanskap liar.” Seakan mengajak untuk kembali menelusuri memori yang pernah dijajaki oleh sang sumber inspirasi.(JE) Foto: Chanel.