Air merupakan sumber kehidupan. Tak hanya memenuhi permukaan Bumi, sebagian besar tubuh kita bahkan terdiri dari zat yang satu ini. Namun lebih dari itu, secara natural jiwa dan raga kita seolah memiliki kebutuhan untuk melihat, mendengar, dan mengalami sepenuhnya sensasi yang ditimbulkan olehnya.
Menatap perairan dan mendengarkan debur ombak, misalnya, selalu bisa memberikan sensasi kedamaian yang menenangkan pikiran. Pengalaman ini pula yang menjadi daya tarik utama serta dijanjikan oleh berbagai destinasi wisata bahari di seluruh dunia. Kecintaan kita terhadap bentangan air ini bahkan membuat kita rela mengatur waktu dan merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk bisa menikmatinya.
Sedemikian berharga itu kah pengalaman yang kita rasakan selama berada di dekat air?
“Anda membayar untuk sebuah perasaan,” ujar biolog kelautan penulis buku berjudul “Blue Mind,” Dr. Wallace J. Nichols, pada Condé Nast Travel. “Ketika kita meminta orang-orang untuk mendeskripsikan perasaan itu, sulit bagi mereka untuk menjelaskannya—tapi mereka bisa bilang bahwa mereka menyukainya, membutuhkannya, dan bersedia membayar banyak uang untuk mendapatkan perasaan itu.”
Dr. Wallace J Nichols menghabiskan 25 tahun untuk mengkaji hubungan antara manusia dengan air. Ia mengenal baik zat penenang alami ini dari tetesan embun di kuntum bunga, hingga Samudera Pasifik yang maha luas. Dari semua itu ia menyimpulkan bahwa air—dan suara-suara yang ditimbulkan dari pergerakannya—memunculkan perasaan yang disebutnya sebagai ‘blue mind,’ yaitu sensasi damai tak terukur yang kita alami ketika berada di sekitar perairan.
Menurutnya blue mind ini memberikan manusia sebuah pengalaman yang membebaskan. Mengalami sensasi blue mind melepaskan diri orang-orang dari kehidupan modern yang sebegitu terkoneksi dan terstimulasi oleh berbagai hal sekaligus. Blue mind yang tercipta dari momen ketika kita berada di kedalaman laut, berada dekat perairan, dan mendengar bunyi-bunyian yang ditimbulkannya, juga disebutnya memberi kita solitude moment yang langka.
Berbagai penelitian dan kajian sebetulnya telah lama menemukan bahwa manusia memiliki ketertarikan natural kepada laut karena manfaatnya yang memulihkan. Di era Victorian dulu, misalnya, para dokter ‘meresepkan’ udara laut sebagai penyembuh berbagai masalah kesehatan, dari komplikasi pernapasan hingga kondisi kesehatan mental. Sementara itu, kajian-kajian yang lebih baru—termasuk yang dilakukan oleh proyek non-profit Blue Gym—menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di pesisir secara umum lebih sehat dan bahagia.
Kajian lain juga menyimpulkan bahwa level stres orang-orang mengalami penurunan ketika mereka ditunjukkan foto-foto bentang alam yang hijau, dan semakin menurun ketika ditunjukkan bentang air berwarna biru di fotonya. Kedamaian dari air yang tenang, maupun petualangan dari air yang bergelombang, memikat kita untuk mengalami dan bersentuhan langsung dengannya. Bunyi-bunyian di dalam air, ketika hujan, maupun ketika kita berada di permukaan laut sama-sama memberi efek fantastis pada pikiran kita.
Tak hanya bentang bahari, bunyi-bunyian yang ditimbulkan oleh air juga bermanfaat memberikan kita rehat suara karena mampu meredam kebisingan. Menurut W Christopher Winter, penulis buku "The Sleep Solution," mendengar suara ombak, hujan, dan air yang bergerak bahkan membantu membuat kita tidur lebih nyenyak.
“Kedekatan dengan alam membantu kita tidur lebih nyenyak. Tak heran jika banyak alat yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tidur juga memakai suara-suara hujan, lautan, atau aliran air di sungai,” jelasnya.
Sebuah kajian kecil yang dilakukan Northwestern University menyebutkan bahwa orang-orang tertidur setelah mendengarkan ‘pink noise,’ tak hanya tidur lebih dalam tetapi juga mengalami peningkatan kemampuan mengingat. Termasuk dalam ‘pink noise’ ini yaitu suara-suara seperti air yang mengalir serta air hujan yang meberjatuhan di atap rumah.
“Ketika kita berada di dekat air, zat ini memutus keterikatan kita dengan kebisingan modernitas,” jelas Nichols lagi. “Air yang bergerak adalah ahlinya dalam meredam kebisingan, terutama suara-suara manusia, yang merupakan penyebab stress nomor satu di tempat kerja.”
Kedalaman laut, menaiki ombak di permukaannya, maupun mendengar bunyi-bunyian yang ditimbulkan air yang bergerak, semua orang punya kecocokannya masing-masing. Air dalam bentuk seperti apa yang mampu memberikan sensasi ‘blue mind’ bagi Anda?
MARDYANA ULVA
Foto: RAKxa Bangkok, Address Beach Resort Dubai (via Heavens Portfolio), Published Reporter