Yuni Chuzaifah: Terinspirasi Ibu

Di masa kecil hingga remaja, Yuni justru tak dekat dengan ibu. Pemikiran mereka sering berseberangan. Ketika ia ingin menonton film kartun Tom and Jerry, ibunya justru meminta ia mengalah untuk para tetangga yang hendak menonton siaran ketoprak di televisi. Di tahun 1970-an, televisi berkategori langka dan mewah. Tak banyak orang memiliki benda elektronik tersebut di rumah. Keluarganya adalah keluarga pertama yang memiliki televisi di kampung mereka. Para tetangga sering bertandang ke rumah Yuni untuk menonton televisi. Di usia dewasa ia menyadari hal lain, “Ibu saya mengajarkan saya bahwa hidup itu adalah untuk sesama.”
Setamat sekolah dasar ia memutuskan masuk pesantren. Semula ia ingin menghindari rasa tertekan akibat sikap ibunya yang disiplin, tapi ia ternyata menemukan oase pemikiran yang berharga. Ia sering mengikuti diskusi-diskusi yang mencerahkan. Kyai Hamam Dja’far, pemimpin pondok pesantren Pabelan, Magelang, Jawa Tengah, mengundang berbagai narasumber untuk berbagi pengetahuan dan pendapat, termasuk para pemuka agama lain untuk melakukan dialog lintas agama. Sejak dini Yuni belajar tentang toleransi serta keberagaman. Ia membaca trilogi Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer di masa ini, “ Secara sembunyi-sembunyi. Karya Pram masih dilarang negara. Seorang guru meminjamkan novel-novel itu pada saya.”
Ibunya meninggal dunia ketika ia tengah berada di Amerika. Ia pulang ke Indonesia dua minggu setelah pemakaman sang ibu. “Itu sangat menyakitkan,” katanya. Namun, teladan ibu membuatnya menjadi sosok yang peka dan tangguh. (LC) Penata gaya: Rino Madewa, Fotografer: Bobo Firmansyah
*simak lebih lengkap sosok Yuni Chuzaifah di majalah Dewi edisi September 2013