Tegangan Elegan dari Goresan Patrick Wowor
Awas Tegangan Tinggi, pameran tunggal Patrick Wowor, mengalirkan sengat misteri dari karya Linocut hingga goresan di atas koper TUMI.
25 Aug 2017


3 / 3
Puluhan burung-burung hinggap di dalam galeri Cemara 6 di Jakarta, mereka seperti bermigrasi membawa misteri, mereka hitam, mereka tercipta dari gerakan tangan tegas bagai sayatan kuas, mereka terbentuk dari Linocut dengan gerakan cukil vertikal berulang-ulang. Mereka tak berbiji mata, sehingga sangat misterius, berdiri mencengkeram kabel-kabel listrik hitam, berdiri di dalam kanvas dan cat akrilik, atau di dalam kertas hasil cetak Linocut. Burung-burung ini meramaikan pameran tunggal pelukis Patrick Wowor yang diberi judul ‘Awas Tegangan Tinggi’.
 
Area pameran juga dihiasi karya instalasi berupa tiang-tiang listrik yang kabelnya ruwet sangkut paut merentang di dalam dua ruang utama pameran. Burung-burung itu seperti representasi makhluk hidup yang sebenarnya terancam oleh tegangan tinggi yang berseliweran di kaki-kaki mereka. Kerasnya goresan dan cukilan tangan Patrick menambah suasana semakin intens. Namun mayoritas warna hitam putih yang digunakan melahirkan sikap elegan. Kemudian, tarikan-tarikan kabel listrik juga dikembangkan ke dalam goresan-goresan marker on paper (berjudul Garis Langit, terdiri dari 18 lembar kertas yang dijejer) tampak modern dan geometris. Silang-silang kabel digoreskan juga oleh Patrick ke atas koper TUMI berwarna hitam. Beberapa lukisan lain menghadirkan sosok-sosok berupa bayangan yang luntur misterius, pada beberapa wajah dilukisan tersebut ‘dibangun’ rangka wajah dari besi-besi hitam yang bertautan karena dilas.Patung dua ekor burung yang hinggap di ambang pintu, terbuat dari besi, volumenya bolong-bolong karena dasar kreasinya adalah goresan sketsa.
 
Ada nafas surrealist yang kental dalam bahasa visual Patrick Wowor, ekspresi yang menghindar dari establishment dan menghadirkan gundah. Seperti ketika melihat goresan-goresan tajam Alberto Giacommeti, seniman Surrealist Prancis masa tahun 20an, kita seperti terasingkan, namun semakin asik meneliti lebih jauh dan mencari tahu apa jadinya ketika setiap goresan-goresan tersebut membentuk sesuatu. (DN) Foto: Dok. dewi
 

 

Author

DEWI INDONESIA