Pada pertengahan tahun 2014, publik dikejutkan dengan pemberitaan tentang seniman Teguh Ostenrik yang membuat instalasi di dasar laut. Instalasi berjudul Domus Sepiae tersebut dipasang lima meter di dasar laut Senggigi, Lombok. Karya itu bukan hanya ditujukan sebagai karya seni semata. Melalui Domus Sepiae, Teguh membuat rumah bagi tumbuhnya terumbu karang buatan yang dibuat dengan teknologi biorock. Dalam pembuatan karya, Teguh dibantu oleh Gili Eco Trust, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada penyelamatan terumbu karang. Pada tahun 2006, Delphine Robe, koordinator Gili Eco Trust mempraktikkan teknik biorock untuk mengatasi kerusakan terumbu karang di sekitar Gili. “Biorock adalah teknologi yang mampu membuat terumbu karang tumbuh lebih cepat,” ujarnya yakin. Merasa bahwa teknologi tersebut merupakan cara paling tepat untuk merestorasi terumbu karang, Delphine rutin mengadakan lokakarya biorock setiap dua tahun sekali. Lokakarya tersebut diikuti oleh para pengusaha setempat, pemerintah, mahasiswa, serta akademisi dari luar negeri. Kini sudah ada 110 struktur biorock yang terdapat di Kepulauan Gili dan Lombok. Struktur tersebut dibangun dengan berbagai macam bentuk yang menyerupai hewan laut seperti lumba-lumba, cumi-cumi, dan kura-kura. Terumbu karang yang tumbuh, membuat struktur tersebut dipenuhi karang dengan berbagai macam warna. Karang yang ada telah menjadi tempat hidup lebih banyak jenis ikan. “Struktur biorock kini juga menjadi daya tarik wisata bagi para penyelam,” katanya. Ia merasa bahagia karena sistem yang ia bawa berhasil. Tetapi Delphine masih punya banyak impian. Kini ia memikirkan hal lain yang menjadi ancaman bagi keberlangsungan hidup karang dan ekosistem laut yang mengelilinginya. (JAR) Foto: dok. Gili Eco Trust.