Simak Siaran Langsung Daring Konferensi Digital Discourses di Kanal Youtube Goethe Institute
Edisi kedua Digital Discourses, sebuah rangkaian konferensi yang menelaah dampak transformasi digital terhadap masyarakat, perekonomian, dan lingkungan hidup—hadir sebagai konferensi daring.
24 Apr 2020




Konferensi daring yang disiarkan di kanal YouTube Goethe-Institut Indonesien pada 20 April hingga 2 Mei 2020 ini berfokus pada pembahasan privasi dan proteksi data di zaman kapitalisme data.
 
Dalam konferensi daring ini, Goethe-Institut Indonesien beserta para mitranya, yaitu Center for Digital Society (CfDS), ICT Watch, dan Lembaga Studi & Advokasi Masyarakat (ELSAM) menghadirkan sejumlah pakar dari Asia Tenggara dan Jerman yang akan mengkaji hubungan rumit antara hak seseorang atas privasi dan hasrat seseorang untuk berkomunikasi, berbelanja, serta mengakses layanan tanpa hambatan.
 
Digital Discourses tahun ini menyajikan rekaman video presentasi pembicara (dipublikasikan di YouTube, 20-23 April dan 27-30 April, pukul 14.00 WIB)  serta diskusi panel yang disiarkan melalui live streaming di YouTube dalam dua sesi, masing-masing pada 25 April dan 2 Mei, pukul 14.00 WIB. Sesi diskusi panel memberi kesempatan kepada audiens untuk bertanya kepada para pembicara.
 
Konferensi daring ini diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya literasi di kalangan perorangan terkait privasi data pribadi serta mengenai perlunya regulasi efektif yang dikeluarkan oleh pemerintah.
 
“Persoalan privasi data semakin mengkhawatirkan dan menjadi topik pembahasan di seluruh dunia. Edisi terbaru Digital Discourses ini bermaksud memicu perdebatan di Indonesia seputar pentingnya menghormati dan melindungi informasi pribadi,” ujar Dr. Stefan Dreyer, Direktur Goethe-Institut Indonesien.

 
Digital Discourses terdiri atas dua sesi, pertama nilai komersial dan politik data pengguna, serta kedua, konsep dan regulasi privasi data.
 
Di antara para pembicara yang tampil dalam program konferensi ada Michael Seemann, penulis buku asal Jerman berjudul “Digital Tailspin–10 Rules for the Internet after Snowden“, yang akan menyampaikan keynote mengena lima pertanyaani merisaukan tentang kapitalisme digital.
 
Pada sesi pertama, Katharina Nocun, aktivis hak asasi manusia dan ahli ekonomi dari Jerman, yang telah memimpin kampanye berskala nasional mengenai perlindungan data, akan berbicara mengenai pengumpulan data oleh pihak pemerintah dan dunia usaha.
 
Alia Y. Karunian, peneliti di ELSAM, akan mempresentasikan tentang media sosial dan iklan politik di Indonesia. Jun-E Tan, peneliti independen yang berbasis di Malaysia, akan memaparkan dampak kecerdasan buatan terhadap hak asasi manusia.
 
Di sesi kedua, Sutawan Chanprasert, pendiri organisasi hak asasi manusia Digital Reach yang berbasis di Bangkok, akan memberikan ikhtisar seputar tema perlindungan data pribadi dan privasi di Asia Tenggara.
 
Tony Seno Hartono, profesional di bidang TIK, akan berbicara mengenai kedaulatan data dan membahas apakah penting di mana data kita disimpan.
 
Wahyudi Djafar, peneliti di ELSAM akan berbicara mengenai undang-undang regulasi data di Indonesia. Ingo Dachwitz, ahli ilmu komunikasi dan editor portal berita daring Jerman netzpolitik.org, akan menyajikan pendekatan Eropa terhadap regulasi data.
 
Ratusan juta orang di seluruh dunia memanfaatkan platform belanja, email, layanan berbagi berkas, aplikasi pembayaran daring, dan perangkat digital lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
 
Banyak di antara perangkat itu bisa digunakan secara cuma-cuma. Perusahaan-perusahaan pencipta perangkat itu memperoleh nilai di tempat lain, yaitu dalam arus sinyal yang dihasilkan para pengguna saat mereka mengarungi kehidupan digital.
 
Arus digital ini memungkinkan merek korporat dan pihak pemerintah membidik orang berdasarkan minat, latar belakang, dan perilaku.
 
Selanjutnya, data pribadi diubah menjadi komoditas yang dapat dipertukarkan dengan keuntungan finansial, yang dapat memungkinkan pengontrolan, dan yang kadang-kadang bahkan digunakan untuk tujuan yang jauh melampaui maksud atau pengetahuan pemilik data semula. (Orie Buchori)
 

 

 

Author

DEWI INDONESIA