Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi momen bersejarah yang tidak hanya membawa pesan perdamaian dan persaudaraan, tetapi juga menandai dimulainya sebuah proyek seni yang unik dan inspiratif. Bertepatan dengan momentum kunjungan ini, Scholas Occurrentes, gerakan pendidikan internasional yang diluncurkan oleh Paus Fransiskus pada tahun 2013, menghadirkan Proyek Hati Polyhedron di Indonesia.
Mosaik “Hati” Anak-Anak Indonesia
Proyek Hati Polihedron, sebuah instalasi yang melambangkan hati Indonesia, hadir dengan kisah para kolaboratornya. Menggabungkan pendidikan, seni, dan teknologi, instalasi ini merepresentasikan bagaimana setiap individu berkontribusi pada komunitas global yang lebih hidup dan bermakna.
Arsitek proyek, Marcellus Rafi, menjelaskan bahwa bentuk mosaik instalasi ini mencerminkan kekayaan budaya Indonesia. Atap pintu bangunan, misalnya, menyerupai atap rumah adat Batak Karo. Elemen perahu dari Kota Agats di Papua juga menjadi bagian dari instalasi ini, yang akan dikembalikan ke tempat asalnya setelah diberkati oleh Paus Fransiskus.
Terdiri dari 185 segitiga modular, instalasi ini menceritakan kisah para kolaboratornya. Sebelum dirakit menjadi polihedron, segitiga-segitiga ini dibawa ke berbagai lokakarya di daerah dan komunitas, untuk diisi dengan hasta karya para peserta. Proyek Hati Polihedron menjadi simbol Indonesia yang hidup dan bermakna, sebuah bukti kolaborasi dan kreativitas yang menginspirasi.
Melihat Dunia dari Perspektif Berbeda
Manuel Deza, Fasilitator Program Scholas USA yang terlibat dalam lokakarya di berbagai daerah di Indonesia, menjelaskan bahwa proyek ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana setiap individu berkontribusi pada komunitas global yang lebih hidup dan bermakna.
"Setiap anak kami ajak untuk menceritakan tentang diri mereka melalui kegiatan kreatif seperti menulis surat, menggambar, dan menyertakan sesuatu yang bermakna bagi mereka dalam karyanya," jelas Deza.
Menurutnya, benang merah dari semua proyek polihedron yang digagas oleh Scholas Occurrentes di berbagai negara adalah soal hati. "Menarik sekali melihat bagaimana anak-anak belajar untuk berpikir kreatif tanpa dibatasi oleh gagasan soal benar-salah, tapi di saat yang sama mereka juga perlu dibimbing untuk menuangkan ide-ide mereka soal diri mereka, dan tentunya soal cara mereka memandang dunia," sambungnya.
Proyek Hati Polihedron di Indonesia ini merupakan kelanjutan dari kesuksesan Scholas Occurrentes dalam menciptakan karya seni kolektif terpanjang di dunia di Cascais, Portugal, pada tahun 2023. Yang membuat proyek ini semakin istimewa adalah keterlibatan langsung Paus Fransiskus.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, imam Katolik bernama asli Jorge Mario Bergoglio tersebut akan mengambil bagian dalam pembuatan karya seni ini, menambahkan sentuhan pribadi dan makna yang mendalam. Benda pribadi yang akan ditambahkan Paus Fransiskus akan menjadi simbol persatuan, harapan, dan kasih sayang bagi seluruh masyarakat Indonesia. (MAR)