Kolektif seni asal Jakarta, ruangrupa, membagikan perjalanannya menuju pergelaran seni lima tahunan documenta fifteen (documenta15) di Jerman. Dalam sesi warung kopi di Gudskul Ekosistem, Jakarta, Rabu (2/3/2022), ruangrupa menuturkan visinya untuk membentuk jejaring antar seniman yang terus berlanjut usai pergelaran ini, serta inisiatif yang sedang berlangsung terkait model ekonomi yang menyejahterakan para seniman di dalam jejaring ini.
Metafora solidaritas bersama
Ruangrupa ditunjuk sebagai direktur artistik documenta15 pada Februari 2019 oleh Komite Seleksi Internasional Dewan Pengawas documenta. Komite Seleksi ini memilih ruangrupa karena kemampuan dan pengalaman kolektif seni ini dalam kolaborasi berbagai komunitas, termasuk dengan kelompok-kelompok di luar khalayak seni rupa, serta aktivisme ruangrupa dalam mendorong komitmen dan partisipasi lokal.Nilai-nilai kolaborasi serta perspektif lokal yang menjadi kekuatan ruangrupa inilah yang mendasari dirumuskannya konsep “lumbung,” sebagai arahan kreatif ruangrupa untuk proyek-proyek seni di documenta15 ini. Lumbung, seperti yang kita ketahui bersama, adalah tempat untuk menyimpan padi atau hasil panen lainnya. Lewat konsep ini, documenta15 kali ini akan menyuarakan isu solidaritas serta pengelolaan sumber daya untuk keberlanjutan kesejahteraan bersama.
Sejalan dengan hal tersebut, ruangrupa dan Tim Artistik pun memilih anggota lumbung dan seniman lumbung berdasarkan model mereka yang menginspirasi: praktik seni mereka yang kuat berakar dalam struktur sosial setempat, serta eksperimentasi organisasi dan ekonomi mereka yang sejalan dengan nilai-nilai lumbung. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, terpilih lah anggota lumbung dari Indonesia yakni Jatiwangi art Factory dan Gudskul, serta seniman lumbung dari Indonesia yaitu Agus Nur Amal PMTOH dan Taring Padi.
Model ekonomi yang memberdayakan
Konsep lumbung yang diusung oleh ruangrupa untuk documenta15 ini tak sekadar arahan artistik dan kreativitas semata, melainkan juga sebuah model ekonomi yang menyejahterakan. Artinya, lumbung diharapkan bisa menjadi sebuah wadah yang mampu mendukung serta memberdayakan para seniman di dalamnya secara ekonomi; baik saat documenta15 berlangsung maupun setelahnya.Indra Ameng dari ruangrupa mengatakan bahwa selama perjalanan menuju documenta15 ini, beragam kemungkinan tengah didiskusikan untuk diterapkan pada mekanisme jual-beli dan kepemilikan karya seni. Diskusi ini melibatkan berbagai pihak lintas bidang, termasuk hukum dan ekonomi. Tujuannya adalah agar bisa menemukan sebuah mekanisme yang bisa dipakai untuk menyejahterakan para seniman.
“Kami belajar banyak juga dari diskusi ini, karena di Indonesia sendiri ada berbagai keterbatasan yang membuat proses kreatif menjadi tersensor. Juga perihal karya-karya seniman yang penjualannya belum meluas, itu juga yang masih berproses untuk kita temukan model yang tepat supaya seniman-seniman bisa sama-sama sejahtera,” jelasnya.
ruangrupa merupakan sebuah kolektif seni yang berbasis di Jakarta yang didirkan di tahun 2000 lalu. ruangrupa telah mengukir sejarah dengan menjadi kolektif seni pertama dari Asia yang memimpin documenta15—sebuah wadah temu seniman antar negara, kurator, pegiat kreatif dan pencinta seni yang digelar selama 100 hari.
Documenta15 merupakan acara quinquennial (lima tahun sekali) yang dirintis pada 1955. Tahun ini, pergelaran seni tersebut akan berlangsung pada 18 Juni-25 September 2022 ) di kota Kassel, Jerman.
MARDYANA ULVA
Foto: ruangrupa