Museum Macan akan menampilkan pameran seni kontemporer dari perupa asal Asia Tenggara berjudul ‘Stories Across Rising Lands.’
Dikomisi oleh Konnect Asean dan didukung oleh Asean-Republic of Korea Cooperation Fund, pameran ini adalah sebuah inisiatif penting dari program seni dan budaya utama yang dimotori Asean Foundation.
Pameran ini akan berlangsung dari 23 Januari – 22 Mei 2021 di Museum MACAN dengan penerapan protokol kesehatan dan keamanan bagi pengunjung. Pameran ini juga menghadirkan serangkaian fitur daring yang menarik dan pengalaman virtual untuk pengunjung yang akan menikmati pameran ini.
‘Stories Across Rising Lands’ diorganisir oleh Museum MACAN dan dikuratori bersama oleh curator museum Asep Topan dan Jeong Ok Jeon, seorang kurator independen yang berbasis di Jakarta.
Pameran ini menampilkan beberapa perupa pilihan dari berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Filipina, Singapura, Thailand, Indonesia, Malaysia, Laos, Myanmar dan Kamboja, yang berkarya menggunakan berbagai media, termasuk video, instalasi, fotografi, lukisan dan video performans.
‘Stories Across Rising Lands’ berfokus pada perilaku dan narasi sehari-hari yang turut membentuk koneksi sosial dan budaya terhadap suatu tempat. Sebagai sebuah pameran survei seni dari Asia Tenggara, pameran ini merefleksikan keragaman dan penyebaran geografis yang penting di region ini
dengan menitikberatkan pada koneksi personal dan sebagian terhadap sejarah dan politik, yang diamati melalui perspektif para perupa.
Pameran ini menampilkan karya dari delapan perupa dan satu kolaborasi artistik dari: Cian Dayrit (Filipina), Ho Rui An (Singapura), Kawita Vatanajyankur (Thailand), Saleh Husein (Indonesia), Lim Kok Yoong (Malaysia), Souliya Phoumivong (Laos), Maharani Mancanagara (Indonesia), Nge Lay (Myanmar) dan sebuah kolaborasi antara Tan Vatey dan Sinta Wibowo (Kamboja/Belgia).
Lahir di sekitar tahun 1980-an, para perupa ini saling terhubung karena pengalaman universal pada generasi mereka dalam teknologi media; dampak perubahan ekonomi dan diskusi politik di negara mereka masing-masing; juga pendekatan terhadap format estetika yang mencerminkan pergerakan yang subtil antara konteks lokal, regional dan global.
Perupa yang dipilih untuk pameran ini adalah figur-figur yang telah berkontribusi aktif dalam berbagai diskusi seni kontemporer di negara masing-masing, juga secara konsisten berpartisipasi dalam percakapan regional dan global.
“Pameran ini menyediakan kesempatan yang menarik untuk mengakses dan membuka dialog antara beberapa perupa kontemporer Asia Tenggara yang patut diperhatikan. Kami berharap untuk menyajikan wawasan tentang kompleksitas multikultur Asia Tenggara. Sebagai sebuah wilayah, Asia Tenggara tidak hanya hadir sebagai blok politis dan ekonomis, namun juga gabungan jejaring, masyarakat dan jalur lintas budaya yang dibentuk dari interaksi manusia,” terang Asep Topan dan Jeong Ok Jeon, ko-kurator.
Berbagai aktivasi digital terintegrasi dan panduan virtual akan disajikan selama periode pameran bagi mereka yang tidak dapat mengunjungi museum secara langsung. Aktivasi ini mencakup tur pameran virtual yang dipandu oleh ko-kurator Asep Topan dan Jeong Ok Jeon; situs mikro yang bersifat mendidik dan interaktif yang menampilkan karya Cian Dayrit yang menunjukkan minatnya pada arsip institusional; serta komisi Augmented Reality oleh Saleh Husein (Indonesia) yang akan mengeksplorasi karyanya melalui filter Instagram yang dikembangkan secara khusus untuk pameran ini. Rangkaian aktivasi digital tersebut merupakan kolaborasi antara Museum Macan, Konnect Asean dan Mitra Program Virtual Museum, Festivo.
Serangkaian program publik daring dan kegiatan edukasi juga akan dihadirkan selama pameran berlangsung. (Orie Buchori)
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta