Antropologi forensik mendekatkan dirinya dengan kematian demi kematian, tulang-tulang mereka yang telah pergi. Tak ada rasa ngeri?
“Leluhur kita mengajarkan untuk peduli. Dalam budaya Cina atau Jawa atau budaya lain, kematian itu sebenarnya mengembalikan elemen bumi yang kita sewa. Fosfor, pospat, air…. ketika kita mati, semua kembali ke bumi,” tutur Etty Indriati, profesor antrologi forensik dari Universitas Gadjah Mada.
Ia sendiri lebih suka merayakan kehidupan, melalui seni. Ia gemar melukis dan beberapa kali berpameran. Ia membuat patung dengan belajar pada Dolorosa Sinaga. Patung perempuan penjaga anjing dan patung perempuan yang menggendong anak sambil membaca buku menghias meja di sudut ruang tamunya. “Saya mengimbangi dunia sains yang kaku dengan berkesenian,” ujar perempuan penyuka tomat dan pencinta batik ini. (LC) Fotografer: Adi Model. Pengarah Gaya: Freddy Martin.
*)Simak lebih jauh tentang Etty Indriati di Majalah Dewi edisi Juni 2013
“Leluhur kita mengajarkan untuk peduli. Dalam budaya Cina atau Jawa atau budaya lain, kematian itu sebenarnya mengembalikan elemen bumi yang kita sewa. Fosfor, pospat, air…. ketika kita mati, semua kembali ke bumi,” tutur Etty Indriati, profesor antrologi forensik dari Universitas Gadjah Mada.
Ia sendiri lebih suka merayakan kehidupan, melalui seni. Ia gemar melukis dan beberapa kali berpameran. Ia membuat patung dengan belajar pada Dolorosa Sinaga. Patung perempuan penjaga anjing dan patung perempuan yang menggendong anak sambil membaca buku menghias meja di sudut ruang tamunya. “Saya mengimbangi dunia sains yang kaku dengan berkesenian,” ujar perempuan penyuka tomat dan pencinta batik ini. (LC) Fotografer: Adi Model. Pengarah Gaya: Freddy Martin.
*)Simak lebih jauh tentang Etty Indriati di Majalah Dewi edisi Juni 2013