Dalam beberapa tahun belakangan, kain-kain tradisional mulai mendapat sorotan kembali. Terutama kain-kain tenun ikat dari Indonesia Timur. Meneruskan momen tersebut, Oscar Lawalata pun menggelar pameran “I AM INDONESIA The Future: Aku dan Kain” di lantai 1 Senayan City sepanjang Oktober 2019.
“Sekarang orang sedang ramai-ramai [mencari] kain tenun ikat Sumba, tetapi mereka enggak tahu di sana ada kain tenun Biboki, So’e, Insana. Terus juga kalo bicara songket kan ada songket sarung dari Aceh dari Palembang. Dari situ kita ingin mengenalkan keberagaman kain Nusantar,” jelas Oscar di acara pembukaan pameran “Aku dan Kain” di Senayan City, 2 Oktober 2019.
Ada sekitar 100 kain Nusantara dari koleksi pribadi Oscar selama 20 tahun yang dipajang dalam pameran ini. Beberapa di antaranya bahkan termasuk kain-kain langka yang kian sulit didapatkan. Misalnya kain sungkit dari Kalimantan yang dibuat oleh suku-suku nomaden di sana. “Kain tenun Kalimantan ini semakin susah didapatkan Karena yang menenun itu suku-suku nomaden Kalimantan dan seiring lahan hutan semakin sedikit, mencari mereka juga semakin sulit,” papar Oscar.
Selain kain sungkit Kalimantan, ada juga kain tenun dari Toraja dan kain Lepus dari Palembang yang kian langka. Untuk itu, Oscar ingin memperkenalkan kain-kain tradisional Nusantara kepada generasi muda demi bersama-sama melestarikannya. Entah itu melalui ekowisata ke komunitas-komunitas penenun di berbagai daerah di Indonesia atau setidaknya menumbuhkan awareness mereka terhadap keragaman jenis kain Nusantara.
“Sekarang anak muda kan suka travelling dan kain-kain ini kan asalnya tersebar dari berbagai daerah di Indonesia, jadi siapa tahu ini juga bisa mendorong mereka untuk mengunjungi lokasi-lokasi penenun di pelosok Indonesia,” lanjutnya.
Pameran “Aku dan Kain” juga merupakan bagian dari gerakan “I Am Indonesia” yang dilakukan Oscar Lawalata Culture. Instalasi ini merupakan seri keempat dari gerakan I Am Indonesia. Kali ini I Am Indonesia mengambil tema “Generation Next”.
Maka dari itu, Oscar juga mengajak 100 anak muda berpengaruh dengan berbagai latar belakang untuk turut mengampanyekan kain-kain Nusantara Indonesia. Menurutnya mereka punya bahasa sendiri yang lebih efektif menumbuhkan kesadaran akan ragam kain Nusantara di kalangan generasi muda. Foto-foto dari 100 anak muda itu juga menjadi bagian instalasi seni ini.
Tidak berhenti di sini, Oscar menyatakan justru pameran yang dipersiapkan selama setahun terakhir ini hanyalah langkah awal. “Ke depannya saya ingin menggalakkan kain tradisional ini untuk anak yang lebih kecil lagi,” tutup Oscar. (SIR). Foto: Orie Buchori.