Mengenal Kain Ikat dari Penjuru Dunia Lewat World Ikat Textile Symposium 2019
Ikat merupakan istilah untuk kain lokal khas Indonesia yang ternyata cara pembuatannya juga tersebar di berbagai penjuru dunia
16 Jul 2019


Kain ikat dari Pantai Gading.
5 / 5
Kita mengenal kain ikat atau tenun ikat sebagai salah satu kain lokal khas dari Indonesia. Yang paling banyak dijumpai kini mungkin kain ikat dari Sumba dan juga ulos dari Sumatera Utara.
 
Kain ikat pada dasarnya merupakan kain yang ditenun dari helaian-helaian benang. Proses pembuatan kain ikat terdiri dari benang pakan (benang yang digerakkan oleh tangan atau mesin) yang dimasukkan secara melintang pada benang lungsin yang disusun sejajar dan tidak bergerak.
 
Kain ini ini dinamakan kain ikat karena proses pewarnaan benangnya yang diikat sebelum dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai corak yang dikehendaki.
 
Meski nama “Ikat” diambil dari bahasa Indonesia, tradisi pembuatan kain ini tidak hanya milik Indonesia. Metode pembuatan tekstil ini juga tersebar di berbagai penjuru dunia. Dari Eropa hingga Asia.
 
Konon metode pembuatan kain ikat merupakan yang tertua dalam hal pembuatan tekstil. Tradisinya dibawa dari satu daerah ke daerah lain seiring dengan proses imigrasi manusia berabad-abad silam.
 
Oleh karena itu penelusuran asal-usul manusia Indonesia pun bisa dilakukan dengan cara memetakan corak-corak kain ikat yang ada di Indonesia untuk melihat ketersambungan antara penduduk daerah yang satu dengan daerah yang lain.
 
Namun, untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai ragam tradisi kain ikat dari seluruh dunia. Inilah yang coba dilakukan World Craft Council-Asia Pacific Region (WCC-APR) lewat World Ikat Textile Sypmosium 2019.

Acara ini merupakan kelanjutan dari penyelenggaraan World Ikat Textile Symposium setelah sebelumnya diadakan di London (2016), Delhi dan Kuching (2017), serta Khon Kaen (2018).  

Simposium ini akan diselenggarakan pada 23-25 Agustus 2019 ini akan berlangsung di Museum Tekstil. Dalam tiga hari penyelenggaraannya, simposium ini akan menghadirkan koleksi kain tenun ikat dari berbagai negara, panel diskusi, peragaan busana, serta lokakarya. Beberapa koleksi kain ikat yang akan dipamerkan dalam simposium nanti bisa dilihat dalam slideshow di atas. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs resmi mereka pada link berikut ini. (Teks: Shuliya Ratanavara/Foto: Dok. WCC-APR).
 

 


Topic

Exhibition

Author

DEWI INDONESIA