Seperti apa kira-kira isi arsip foto seorang fotografer, selain karya-karyanya yang telah dipublikasikan ? Seperti apa ragam potret yang merekam berbagai momen, beragam tempat, serta bermacam sosok yang dibidiknya—yang kemudian menjadi sekumpulan memori dalam bentuk visual? Fotografer Vicky Tanzil mencoba memberikan kesempatan bagi kita untuk menengok ke dalam memori visual itu, melalu sebuah pameran fotografi tunggal bertajuk “2014-2020 via 2022.”
Arsip personal
Vicky menghadirkan kembali memori-memori yang ia rekam dengan kameranya dalam bentuk cetak beragam ukuran. Seperti judul pamerannya, di perhelatan ini Vicky memamerkan arsip memori visualnya yang dikumpulkan selama periode 2014-2020, yang akhirnya dipamerkan di tahun 2022 ini. Tak hanya menggunakan kamera khusus fotografi, Vicky juga menghadirkan sederet foto yang diabadikannya menggunakan kamera ponsel.Sebelum pameran ini, karya-karya Vicky Tanzil—yang dikenal sebagai fotografer fashion dan lifestyle—kerap hadir di berbagai majalah gaya hidup. Kegemarannya memotret membawanya mengunjungi tempat-tempat yang tak hanya menarik didatangi sebagai turis, tetapi juga punya keseharian masyarakatnya yang unik.
“Jadi ini sebetulnya foto-foto arsip personal, bukan foto-foto yang dipotret dalam konteks profesional,” jelas Vicky tentang karya-karyanya yang dipamerkan tersebut.
Ia juga bercerita bahwa foto-foto yang hadir di pameran ini diambil dari perjalanan-perjalanan pribadinya ke berbagai tempat, termasuk tempat terbaru yang dikunjunginya, Socotra di Yemen.
Eksplorasi kreatif
Pameran ini dihelat atas dasar gagasan personal Vicky, untuk menghadirkan foto-foto dalam arsip personalnya selain sekadar mengunggahnya di media sosial. Baginya sebuah foto akan lebih terasa sensasi visualnya jika bisa hadir dalam bentuk cetak. Selain itu, permintaan komersil akan foto-fotonya itu juga menjadi alasan digelarnya pameran ini.“Sebelum pameran ini, banyak yang tanya apakah foto-foto saya dijual. Waktu itu saya ragu karena nggak semua dipotret pakai kamera yang memang untuk fotografi, dan banyak juga yang memakai kamera smartphone yang saya nggak tahu apakah masih akan bagus kalau dicetak di ukuran besar?” katanya mengenang.
“Tapi setelah dicoba saya cetak, ternyata foto-foto yang resolusinya tidak tajam pun bisa estetis juga. Jadi memang eksplorasi kreatf dalam berkarya itu nggak ada limit, nggak harus pakai alat kayak apa karena bisa pakai smartphone juga,” imbuhnya.
“Saya sendiri menyukai foto-foto keseharian yang candid, juga visual yang rapi dan repetitive, jadi seperti ada pola berulang. Salah satunya foto gedung di Bangkok itu, yang kelihatannya jadi seperti ada ‘pola’ kotak-kotak, atau genteng yang kelihatannya rapi banget,” ujarnya lagi.
Perhelatan kolaboratif
Meski semua foto yang ada di sini merupakan arsip personal Vicky, pameran ini tidak dikurasi sendiri oleh Vicky. Pameran ini dikurasi oleh Stacia Hadiutomo, seorang kawan yang ia percaya betul bisa menghadirkan perspektif berbeda, dibanding jika pameran ini dikurasi langsung olehnya.“Exhibition ini sebetulnya cukup kolaboratif, antara saya, Stacia, Platform Architects, dan Gema Semesta. Saya nggak banyak komentar dengan kurasinya Stacia, bahkan puas dengan hasilnya. Ketika Gema organize acara ini saya juga membebaskan, dan ketika Platform Architects mendirikan tembok di bagian belakang ruang pamer sana, saya juga tinggal merespons saja dengan arsip foto yang ada,” jelasnya lagi.
Foto-foto yang hadir di pameran ini bisa dipesan dengan ukuran sesuai preferensi: kecil, medium, dan besar. Didukung oleh Oppo, pameran fotografi “2014-2020 Via 2022” dari Vicky Tanzil berlangsung selama 25 Juni – 10 Juli 2022, di ruang pamer Kala karya Kalijaga, Jakarta Selatan.
MARDYANA ULVA
Foto: dok. DEWI