Lakon Hidup Seniman Melati Suryodarmo dari Pertemuan Tak Disengaja
Salah satu seniman Indonesia yang paling mendunia ini menganalisis memori tubuh dengan mempelajari teks-teks sejarah dan menyembuhkan traumanya dengan berkarya.
17 May 2016




Musim semi 1994 di Braunschweig, sebuah kota di Jerman. Melati Suryodarmo duduk di bangku kebun raya, memandangi kolam. Seorang perempuan berkacamata Ray-Ban dan bersepatu tumit tinggi duduk di sebelahnya, yang kemudian menyapa ramah. “Dia ternyata Anzu Furukawa, penari butoh dan profesor seni rupa di HBK (Hochschule für Bildende Künste Braunschweig / Braunschweig University of Art),” kenang Melati. Anzu lantas menawarinya menjadi mahasiswa tamu. Setahun kemudian ia mendaftarkan diri secara resmi dan diterima belajar di HBK. Pertemuan tak sengaja dengan Anzu merupakan satu titik penting yang mengubah jalan hidupnya hingga menjadi seorang seniman. Di kelas Anzu, Melati dan para mahasiswa belajar menganalisis memori tubuh.

Dalam 30 tahun, Melati Suryodarmo telah mencipta 50 karya seni pertunjukan.  Butter Dance paling mengundang perhatian publik. Video pertunjukan ini yang ditayangkan tiga tahun lalu di Youtube memperoleh 1. 720. 939  “like” dan 2.631 komentar.  Butter Dance mengetengahkan sensitivitas manusia dalam menolong diri sendiri untuk bangkit dari situasi yang tidak nyaman. Melati mengenakan gaun mini ketat dan sepatu bertumit tinggi, menari di atas mentega, jatuh bangun mencari keseimbangan. Tiga bulan sekali ia terbang ke Jerman. Ia tidak pernah melupakan pertemuannya dengan Anzu Furukawa di negara itu. ”Dia hadir di saat aku tidak tahu tujuan hidup dan masa depan,” katanya. Ia merasa memiliki ikatan batin yang mendalam dengan sang guru.  Pada 2001 Anzu meninggal dunia di Berlin, karena kanker. Namun ia terus berkarya. Duka cita dari masa lalunya tersembuhkan. Katanya, “Sebagai seniman, berkarya adalah caraku menyembuhkan trauma.” (LC) Foto: Dok. Melati Suryodarmo
 

 

Author

DEWI INDONESIA