Kongres Ulama Perempuan Pertama diadakan di Indonesia
Kongres ulama perempuan Indonesia resmi diadadakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, dihadiri lebih dari 500 orang dari dalam maupun luar negeri dan juga ulama perempuan dunia.
29 Sep 2017


1 / 2
Kongres Ulama Perempuan Indonesia merupakan pertemuan berupa diskusi, konsolidasi, dan berbagi pengalaman serta pengetahuan tentang kiprah ulama perempuan Indonesia dalam memperjuangkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Diadakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat. Pesantren yang diasuh dan dipimpin Nyai Hj. Masriyah Amva. Ini pertama kalinya diadakan di Indonesia dan di dunia. Sebuah kongres yang digagas oleh orang-orang yang peduli pada isu-isu keislaman dan keadilan gender di Indonesia. “Kongres Ulama Perempuan Indonesia menjadi ruang perjumpaan para ulama, pemerintah, aktivis, dan para korban kekerasan. Yang berkumpul untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Ini juga merupakan bentuk penghargaan atas dedikasi para ulama perempuan yang selama ini dipinggirkan dan dilupakan sejarah,” kata Badriyah Fayumi, Ketua Panitia Kongres Ulama Perempuan Indonesia. Badriyah merupakan pemimpin Pesantren Mahasina di Bekasi dan sempat menjadi Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia.
Kongres ini dihadiri lebih dari 500 orang dari dalam dan luar negeri. Ulama perempuan dunia yang hadir di acara ini di antaranya yaitu Mossarat Qadeem (Pakistan), Zainah Anwar (Malaysia), Hatoon Al-Fasi (Arab Saudi), Sureya Roble-Hersi (Kenya), Fatima Akilu (Nigeria), dan Roya Rahmani (Duta Besar Afghanistan untuk Indonesia). Dalam acara penutupannya, Kongres Ulama Perempuan Indonesia menghadirkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Ia mencatat tiga makna strategis dari pelaksanaan Kongres Ulama Perempuan Indonesia. Pertama, memperjuangkan keadilan melalui kesadaran peran serta relasi antara laki-laki dengan perempuan. Kedua, memberikan pengakuan dan merevitalisasi peran ulama perempuan. Dan ketiga, menegaskan bahwa moderasi Islam harus dikedepankan yakni Islam yang ramah dan tidak menyudutkan posisi perempuan. (RR) Foto: dok. KUPI; 123rf
 

 

Author

DEWI INDONESIA