Kisah Hendri Kurniawan, Pemilik Kedai Kopi A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD) dan ABCD School of Coffee
Jalan hidup Hendri Kurniawan selalu berkaitan dengan kopi. Bukan hanya kedai kopi A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD) dan ABCD School of Coffee miliknya, namun juga sebagai juri barista dunia dan Q Grader.
27 Oct 2016


Ia mencandu minum kopi, karena pamannya. Ketika masih belajar di sekolah dasar,  ia senang ikut sang paman jalan-jalan ataupun main karambol, yang diselingi minum kopi bersama. Frekuensi minum kopinya makin tinggi di masa kuliah. Saat begadang untuk menyelesaikan tugas menggambar di Jurusan Arsitektur, Universitas Tarumanegara di Jakarta, Hendri Kurniawan, pasti minum bercangkir-cangkir kopi. Rasa kantuk hilang. Energinya bertambah. Ketika menikmati kopi di kafe, sering terlintas di benak Hendri sebuah pertanyaan, “Bagaimana ya membuat kopi ini?”
 
Dari menggemari kopi, ia akhirnya membuka kedai kopi A Bunch of Caffeine Dealers atau ABCD bersama rekannya Ve Handojo dan mendirikan sekolah kopi pertama di Indonesia, ABCD School of Coffee. Namun, perjalanannya menuju tahap ini cukup panjang.
 
Jika Miyamoto Musashi, pendekar pedang dan ronin terkemuka Jepang di abad ke-17, memilih jalan pedang dan kisah hidupnya menginspirasi Eiji Yoshikawa menulis novel sejarah Musashi, maka jalan hidup Hendri digerakkan kopi dan tak berlebihan kita sebut jalan kopi.
 
Suatu hari ia mengantar seorang pemilik kedai kopi pergi ke Seoul, Korea Selatan, untuk melihat perkembangan bisnis di sana, dalam kapasitasnya sebagai konsultan. Di Seoul pula ia merasa kopi akan membawa dirinya melangkah lebih jauh, “Menjadi juri dunia.” Pada 2011  Hendri mengikuti ujian juri dunia yang diadakan di kota tersebut . Hasilnya? Ia gagal.  Penyebabnya? “Saya menjadi juri dengan menerapkan kata senior dan itu ternyata tidak benar. Kalau dia tidak mengikuti perkembangan yang terjadi, risikonya kita juga akan ketinggalan.”  
 
Kegagalan tidak melemahkan semangat Hendri. Ia rajin mengikuti seminar-seminar kopi untuk meningkatkan ilmu, wawasan dan kemampuan diri. Pada 2012 ia mengikuti ujian juri dunia di Nagoya, Jepang, selain menjadi juri nasional lagi. Kali ini ia lulus, “Dan menjadi orang Asia Tenggara pertama yang memperoleh sertifikasi itu, yang disebut World Barista Championship Technical Judge.”  Juri teknik harus menilai pengetahuan barista tentang kopi, termasuk alasan memilih kopi dan rasanya, cara kerja barista, dan penyajiannya.
 
Pengalaman pertama Hendri menjadi juri kompetisi barista dunia terwujud pada 2013 di Melbourne. Tahun berikutnya ia menjadi juri dua kejuaraan dunia, yaitu juri barista di Australia dan juri latte art (seni menggambar pada permukaan kopi) di Italia. Saat ini ia adalah World Coffee Event Certified Judge untuk World Barista Championship, World Brewers Cup Championship dan World Coffee in Good Spirits Championship. Ia juga Authorised Specialty Coffee Association of Europe Trainer yang berwenang mensertifikasi barista.
 
Selain juri dunia, Hendri seorang Q Grader untuk kopi jenis Arabica, yakni pencicip kopi profesional dengan sertifikasi dunia. Namun, ia tidak memilih bekerja untuk industri kopi yang mendatangkan lebih banyak uang. “Saya menggunakan pengetahuan saya untuk mengajar.” Mengenali rasa dan aroma kopi dibentuk oleh pengalaman seorang Q.  Mentor dari Meksiko memberi saran untuknya,  “Kata dia, sebagai pencicip profesional, saya harus mencicipi semua kopi.”
 
Dua tahun lalu Hendri membuka ABCD School of Coffee di Pasar Santa, Jakarta,  dengan tujuan mendidik barista berkualitas seiring kebutuhan bisnis kedai kopi yang berkembang pesat. Ternyata hasilnya menyimpang. Katanya, “Peserta kelas  rata-rata ingin membuka coffee shop. Artinya, mereka mau menjamin rasa kopinya, tidak menyerahkan semua kepada staf.” Di akhir kelas yang berlangsung selama tiga hari, murid-muridnya meracik kopi. Orang-orang pasar minum kopi gratis. Bagi yang menyukai kopi tersebut dapat membayar seikhlasnya. Uang yang terkumpul diberikan kepada para pedagang pasar untuk keperluan lebaran anak-anak mereka.  Jumlah alumnus mencapai 1.000 orang sejak sekolah itu dibuka. Kebanyakan murid datang dari luar negeri. Mereka mengetahui tentang Hendri dari internet. Latar belakang murid beragam. Ada istri duta besar, ada pula pelajar berusia 11 tahun. Sekolah telah pindah alamat ke kawasan Gondangdia, tempat Hendri tengah membangun laboratorium kopi.
 
Kedai dan sekolah kopi ABCD bukan kiprah terakhir.  Ia dan rekannya membuka kedai kopi Ruang Seduh di Jakarta akhir tahun lalu dan di Yogyakarta awal tahun ini. “Menerapkan konsep bar terbuka, yang juga pertama kali di Indonesia. Biar pelanggan bisa melihat barista bekerja dan belajar. “ (LC) Foto: dok. Dewi
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA