Di tahun 2009, perjalanan hidup Helianti Hilman telah terpenuhi satu putaran. Ia mendirikan Javara, perusahaan yang menjual bahan pangan organik secara artisanal, yang dihasilkan oleh petani lokal. Tak dipungkiri, pencapaian itu berakar dari masa lalu.
Sejak kecil, Helianti sudah dekat dengan bumi, tanah, dan alam. Hidup di perkebunan kopi di pegunungan Ijen, Banyuwangi, ibunya memutuskan bahwa semua makanan yang tersaji di meja makan, harus ditanam sendiri di kebun.
Bagaimana ia mendapat ide untuk mendirikan Javara? Berawal ketika Helianti mendapatkan bekerjasama dengan Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI), organisasi akar rumput yang bergerak di 11 provinsi, ketika ia mengajarkan petani skala kecil cara memasarkan hasil panen. Dengan berkeliling Nusantara, Helianti menemukan bahwa para petani membutuhkan solusi yang lebih holistik untuk mengatasi masalah mereka. Tidak hanya memberi mereka edukasi dan penyuluhan, tapi juga program pengembangan keterampilan, mengenalkan teknologi-teknologi inovatif, dan membantu akses pemasaran produk untuk meningkatkan kesejahteraan.
Kini Javara sudah menaungi sekitar 50 ribu petani di seluruh negeri, memasarkan 514 hasil panen, dan menjual produknya di 500 toko di seluruh dunia. Selain menjalankan Javara, Helianti juga menjadi pelopor dan ketua gerakan Slow Food Jakarta-Kemang dan menjadi salah satu dewan penasihat Slow Food International. Ini ia lakukan karena nilai-nilai yang dianut Slow Food sejalan dengan bisnis Javara yang dibangunnya.
Tantangan utama Javara dan para petani binaannya adalah sumber daya manusia (SDM). Belum lagi tingginya biaya transportasi pengiriman hasil panen dikarenakan minimnya infrastuktur di daerah terpencil dan permintaan pasar (terhadap produk organik) yang lebih besar daripada kemampuan produksi petani.
Untuk mengatasi masalah SDM tersebut, Javara bekerjasama dengan komunitas lokal yang mereka sebut “juara lokal”. Ini termasuk LSM, petani, hingga pendidik universitas yang bisa membantu mengontrol kondisi di lapangan dan memastikan kualitas yang terjaga.
Dalam berbisnis, Helianti selalu membayar 100% di muka untuk semua hasil bumi yang dipesan, dan memastikan bahwa ia telah memiliki order pembelian dari kliennya sebelum mendatangi para petani. Praktik bisnis yang transparan membuatnya mendapat kepercayaan dari semua mitra bisnisnya. Ia bahkan pernah tanpa maksud mengirim produk yang cacat ke pembeli di Jepang, alih-alih memutuskan kontrak, mereka justru menawarkan mengirim tenaga ahli untuk membantu mencari sumber permasalahan dan solusi.
Meski telah menerima berbagai penghargaan atas apa yang dikerjakan, toh Helianti menggangap dirinya hanya perpanjangan tangan para petani. “Yang seharusnya dipuji adalah para petani yang telah bekerja keras untuk bisa menghasilkan panen yang terbaik setiap saat.” Ujarnya (Titania Veda) Foto: Dok. Dewi
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta