Seniman Arahmaiani meninggalkan Indonesia di usia 22 tahun dan tinggal di Sydney, Australia. Di Indonesia, pemerintah Soeharto berkuasa dengan sewenang-wenang waktu itu. Dia bertemu kaum marginal di Australia, seperti orang Aborigin, para hippie yang memuja kebudayaan Asia tua, dan punker. “Ratu Inggris memberi anak-anak punk ini uang dan menyuruh mereka pergi ke Australia, karena di Inggris mereka banyak melakukan protes. Mereka memprotes industrialisasi dan globalisasi,” tuturnya. Suatu masa dalam hidupnya dia berpenampilan ala punker, dengan cincin dan hidung di telinga. (LC), Foto: Dok. Arahmaiani.
*) Untuk mengenal lebih jauh seniman Arahmaiani, Anda dapat menyimak kisahnya di rubrik “Profil” Majalah Dewi edisi Februari 2016
*) Untuk mengenal lebih jauh seniman Arahmaiani, Anda dapat menyimak kisahnya di rubrik “Profil” Majalah Dewi edisi Februari 2016
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta