Sejak beberapa bulan terakhir, sebagian besar kota-kota di Indonesia memang mengalami penurunan kasus Covid-19 yang cukup signifikan. Sebuah kabar baik yang layak kita apresiasi dan rayakan. Rasanya hal ini bisa terwujud karena adanya kerja sama antara masyarakat yang taat akan peraturan dan sistem Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dirintis pemerintah selama beberapa lama. Hasil paling nyatanya? Tempat tidur di banyak rumah sakit sudah tidak lagi terisi oleh pasien Covid-19. Tidak terlihat lagi antrean panjang dan penumpukan pasien di rumah sakit.
Berdasarkan data yang dirilis oleh John Hopkins University, kasus harian di Indonesia per 11 Oktober adalah sebesar 4,60 kasus per 1 juta penduduk. Hasil ini jauh lebih rendah -yang mana merupakan kabar baik - dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura (541,9 kasus), Malaysia (277,7 kasus), dan Filipina (95,55 kasus) per 1 juta penduduk.
Dari siaran pers yang diunggah oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, tertulis pula bahwa data dari NIKKEI Covid-19 Recovery Index, peringkat Indonesia (per 6 Oktober 2021) berada di ranking 54. Menurut Airlangga Hartato, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, peringkat Indonesia ini lebih baik dari beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura (peringkat 70), Malaysia (peringkat 102), dan Thailand (peringkat 109).
US CDC (Centers for Disease Control and Prevention), sebuah badan kesehatan nasional AS, pun tak luput menyatakan bahwa Indonesia masuk sebagai wilayah hijau alias negara dengan insiden Covid-19 yang rendah dan sudah aman untuk dikunjungi.
Saat PPKM sedang gencar-gencarnya berjalan, peraturan makan di restoran atau tempat makan lainnya hanya boleh 30 menit. Akhir-akhir ini nampaknya peraturan seperti itu sudah jarang terlihat atau diterapkan. Yang masih sering terlihat adalah kapasitas maksimal pengunjung di sebuah toko. Bepergian ke luar kota atau bahkan ke luar negeri juga sudah bisa dilakukan, meski masih tetap menjalankan beberapa protokol kesehatan, seperti melakukan PCR, menunjukkan sertifikat vaksin, dan lain sebagainya.
Dengan banyak kelonggaran yang sudah bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, apakah ini merupakan pertanda bahwa kita memang sudah siap untuk kembali kehidupan “normal”? Jangan sampai kelonggaran ini malah membuat kita lengah dan malah kembali membangkitkan masa-masa karantina yang membuat kita seakan “terpenjara” di rumah sendiri.
Hal ini juga yang sempat dinyatakan oleh Presiden Joko Widodo melalui tayangan YouTube Sekretariat Presiden. Beliau mengungkapkan bahwa Covid-19 tidak mungkin hilang secara total. Pengendalian adalah hal terpenting saat ini agar angka penyebarannya tidak kembali melonjak. Pelonggaran peraturan yang terjadi saat ini diharapkannya tidak menjadi makna ambigu dan diartikan bahwa kita sudah bisa dengan leluasanya melakukan banyak hal tanpa memerhatikan protokol kesehatan.
Perlu diingat, dengan mendapat kesempatan divaksinasi, bukan berarti kita terbebas dari Covid-19. Bukan berarti kita sudah bisa berjalan-jalan tanpa masker. Bukan berarti kita aman berada di sebuah kerumunan. Protokol kesehatan standar, yaitu 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker) harus tetap dijalankan.
Di satu sisi, masih banyak pula kota di Indonesia yang penyebaran Covid-19-nya masih cukup tinggi. Sebuah pengingat bahwa kita tidak boleh lengah dan menjalankan protokol kesehatan tidak bisa dihindarkan.
Apalagi, pemerintah juga sudah menjalankan program vaksinasi untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Harga PCR yang awalnya sulit dijangkau, sekarang bahkan sudah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Per 27 Oktober 2021, harga tes PCR di wilayah Jawa-Bali adalah Rp495.000,-. Sedangkan untuk kawasan lain berada di harga Rp525.000,-. Dianggap masih terlalu mahal, Presiden Joko Widodo bahkan menyarankan agar harga tes PCR bisa menyentuh Rp300.000,-.
Siapa yang tahu, tapi bisa saja kebiasaan memakai masker, menunjukkan bukti vaksinasi, dan melakukan tes swab/ PCR akan menjadi hal baru yang wajib dilakukan ke depannya meski Covid-19 sudah tidak merajalela seperti sekarang. Seperti halnya pemeriksaan setiap mobil yang akan masuk ke semua tempat pasca tragedi pengeboman di beberapa tempat di Indonesia pada awal 2000-an.
Dengan kebiasaan 3M yang selalu dilakukan demi kemaslahatan bersama, rasanya “new normal” akan bisa terasa normal-normal saja ke depannya. (RJ) Foto: Pexels.
Topic
CultureAuthor
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia