Sejak 2011 Wulan Danoekoesomemo bersama dua temannya, Sophia Hage dan Driana, membentuk kelompok dukungan bagi para penyintas kekerasan seksual di Jakarta. Setiap dua minggu sekali mereka mengadakan sesi berbagi yang diikuti tak lebih dari 10 peserta dari dalam dan luar kota. “Menceritakan pengalaman buruk ialah hal yang sangat sulit dilakukan bagi penyintas. Berada dalam kelompok yang besar bisa membuat penyintas merasa terintimidasi karena sebagian dari mereka mengalami gangguan bersosialisasi dan gangguan intimasi.” Wulan pun merasakan efek emosional dari cerita-cerita yang disampaikan padanya. Hingga kini Lentera Sintas Indonesia telah melayani sekitar 75 penyintas dengan usia 18 hingga 60 tahun, yang rata-rata kasus kekerasan terjadi ketika penyintas masih anak-anak. “Pelakunya orang dekat. Bisa yang memiliki hubungan darah langsung atau tidak langsung dan juga rekan dekat keluarga,” tuturnya.
Tahun ini Lentera Sintas Indonesia menggagas kampanye Mulai Bicara, “Agar orang menyadari bahwa kekerasan seksual ialah isu yang penting.” Ia juga melakukan roadshow ke 75 SMP dan SMU di Jakarta untuk mendidik para murid tentang pertemanan sehat. “Usia SMP dan SMU adalah masa-masa siswa mencoba berpacaran. Salah satu hal yang kami tekankan pada murid perempuan, agar jangan takut menolak bila ia tidak mau dicium atau enggan berhubungan seks dengan kekasihnya. Kami juga ingatkan jangan sampai kegiatan berpacaran membuat mereka berbohong kepada orangtua,” ujarnya. Bukan hanya murid, para guru pun diminta lebih peka dalam memperhatikan perilaku murid-murid. (JAR) Foto: Dok. Hermawan
Author
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia