Sebenarnya Abdoulaye ialah seorang pelukis. Tetapi ia tidak lagi bisa melukis karena tidak ada peralatan lukis yang memadai di Bamako, Mali, Afrika Barat, tempat tinggalnya. Sesungguhnya Ia juga punya kesempatan untuk bermigrasi ke negara lain dan mempraktikkan pendidikan seni lukis yang telah ia jalani. Meski demikian ia memilih untuk tetap berada di Mali dan mencari medium lain untuk berkarya.
Pilihan jatuh pada tekstil katun, bahan yang mudah dan banyak diproduksi di Mali. Pada tekstil itu ia menuangkan interpretasi terhadap isu-isu sosial yang ada di Mali seperti konflik antar agama, AIDS, imigran, migrasi, perang, ketimpangan sosial, dan permasalahan lingkungan. Ia bicara melalui warna-warna yang ia gunakan dalam tekstil. Abdoulaye menganggap warna ialah medium yang tepat untuk menyampaikan maksudnya.
Ia memang terbilang jarang meninggalkan Mali, tetapi karyanya terus berkelana ke sejumlah galeri seni. Terakhir ia memamerkan karyanya di Blain Southern Gallery Berlin dengan tema Symphonie En couleur. Karya ini terinspirasi dari Senufo, kelompok musik tradisional Mali. Abdoulaye memilih karya bertema musik, karena hal tersebut telah menjadi bagian penting dalam budaya Afrika Barat.
Di samping berkarya, Abdoulaye mendirikan lembaga pendidikan seni . Lembaga pendidikan ini bagai sebuah solusi bagi masalah pengangguran yang melanda Mali. Abdoulaye berkata 60 persen siswa lulusan pendidikan tinggi ini berhasil mendapat pekerjaan. Hal yang pasti ia ajarkan pada calon seniman muda ialah akar budaya mereka. (JAR) Foto: Dok. Abdoulaye Konate, Dok. Biennale Art Magazine
Pilihan jatuh pada tekstil katun, bahan yang mudah dan banyak diproduksi di Mali. Pada tekstil itu ia menuangkan interpretasi terhadap isu-isu sosial yang ada di Mali seperti konflik antar agama, AIDS, imigran, migrasi, perang, ketimpangan sosial, dan permasalahan lingkungan. Ia bicara melalui warna-warna yang ia gunakan dalam tekstil. Abdoulaye menganggap warna ialah medium yang tepat untuk menyampaikan maksudnya.
Ia memang terbilang jarang meninggalkan Mali, tetapi karyanya terus berkelana ke sejumlah galeri seni. Terakhir ia memamerkan karyanya di Blain Southern Gallery Berlin dengan tema Symphonie En couleur. Karya ini terinspirasi dari Senufo, kelompok musik tradisional Mali. Abdoulaye memilih karya bertema musik, karena hal tersebut telah menjadi bagian penting dalam budaya Afrika Barat.
Di samping berkarya, Abdoulaye mendirikan lembaga pendidikan seni . Lembaga pendidikan ini bagai sebuah solusi bagi masalah pengangguran yang melanda Mali. Abdoulaye berkata 60 persen siswa lulusan pendidikan tinggi ini berhasil mendapat pekerjaan. Hal yang pasti ia ajarkan pada calon seniman muda ialah akar budaya mereka. (JAR) Foto: Dok. Abdoulaye Konate, Dok. Biennale Art Magazine
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta