Sejak social distancing menjadi norma baru pekan lalu, ada anekdot yang banyak berseliweran di media sosial. Katanya sekarang orang-orang ekstrovert tahu bagaimana rasanya jadi orang introvert yang dipaksa datang ke pesta: kebingungan dan mati gaya.
Saya tidak pernah menganggap diri saya seorang introvert. Tapi, I do love my alone time. Jadi social distancing terasa biasa-biasa saja. Toh saya juga hampir setiap kali, jika punya pilihan, akan memilih berada di rumah seharian.
Namun, ternyata pergulatan orang-orang yang memang lahir dengan hasrat sosialisasi yang tinggi di kala social distancing seperti ini ternyata nyata adanya. Salah satunya sahabat saya sejak SMA. Dalam sebuah percakapan di WhatsApp ia menyatakan, “Social distancing sucks.” Yang mana saya respons dengan, “Hahahaha. I love it!”
Ya, ya, tidak sensitif memang. Tapi saya memang menikmati periode saat orang-orang saling mengambil jarak seperti sekarang. Sebab artinya saya tak mesti memaksakan diri untuk ikut bepergian bersama orang lain atau sibuk mencari-cari alasan agar bisa tetap di rumah. Biarpun saya juga memahami betapa sulitnya situasi sekarang bagi orang-orang seperti sahabat saya itu.
Akan tetapi apakah melakukan social distancing mesti berarti mengisolasi diri sama sekali dari dunia luar? Dalam video penjelasan yang diunggah Vox, Pakar Epidemiologis Sosial dari University of Pennsylvania Carolyn Cannuscio menyatakan kunci social distancing adalah pembatasan kontak fisik. Bukan sepenuhnya memutuskan diri dari hubungan dengan orang-orang terkasih.
Menurut Carolyn, yang terpenting kini adalah mencari cara-cara kreatif untuk tetap menjalin hubungan sosial dengan orang-orang terdekat tanpa mesti hadir secara fisik. Ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menggelar nonton bareng lewat aplikasi Netflix. Platform layanan streaming itu kini menyediakan fitur Netflix Party yang memungkinkan Anda menonton bersama teman atau keluarga dan saling membagikan komentar secara real time.
Atau dengan cara yag lebih sederhana seperti dengan sering-sering melakukan FaceTime atau panggilan video dengan sahabat orangtua, atau sanak keluarga yang tinggal terpisah. Bisa pula dengan bernyanyi bersama tetangga Anda dari teras atau balkon rumah masing-masing. Atau dengan memainkan musik untuk para pengikut Anda di media sosial.
Hal ini lantas saya praktikan akhir pekan lalu ketika sahabat saya itu mengajak conference call untuk mengobrol bersama sekaligus menggelar Dizkoria (acara karaoke lagu-lagu Korea) ala-kadarnya, dan dalam jarak yang aman tentunya. Demi sekadar membantu sahabat saya mengobati rindunya berpesta dan menari diiringi dentuman lagu pop Korea favoritnya. (SIR). Foto: Dok. Istimewa.