IGNITE: Menggagas Ekosistem Pengasuhan Anak untuk Perempuan Bekerja
Ekosistem pengasuhan anak tak hanya akan menguntungkan perempuan bekerja, tetapi juga produktivitas bisnis
27 Sep 2024



Di Indonesia, perempuan menghadapi banyak tantangan dalam dunia kerja, terutama mereka yang memiliki anak. Kurangnya dukungan ekosistem pengasuhan anak seringkali menempatkan perempuan pada posisi sulit, memaksa mereka memilih antara karir dan keluarga. Permasalahan inilah yang diangkat oleh Liana Hinch dari International Finance Corporation (IFC) dalam sebuah diskusi yang digelar oleh IGNITE pada Kamis (26/9) siang di Shangri La Jakarta.
 
"Tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia masih terendah di antara negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik, hanya 53 persen," ungkap Liana.
 
Angka ini, menurut Liana, menunjukkan masih banyak perempuan Indonesia yang belum berpartisipasi aktif dalam dunia kerja. Salah satu faktor utama yang menghambat partisipasi tersebut adalah kurangnya dukungan ekosistem pengasuhan anak.

Survey Sakernas: Perempuan Resign untuk Mengurus Keluarga

Survei Sakernas 2022, yang juga dikutip oleh Liana, memperkuat fakta ini. Survei tersebut menunjukkan banyak perempuan terpaksa meninggalkan dunia kerja karena alasan keluarga. Ironisnya, ketika mereka ingin kembali bekerja, berbagai kesulitan justru menghadang. Tak hanya soal batasan usia, tuntutan peran ganda pun menghantui para perempuan yang ingin kembali bekerja.
 
Pandangan konservatif juga turut mewarnai perspektif perempuan Indonesia. Misalnya, ketika kesulitan ekonomi melanda, siapa yang dianggap berhak bekerja? Sebanyak 77 persen responden menjawab suami. Hal ini, menurut Liana, menunjukkan adanya tekanan sosial yang begitu besar, sehingga perempuan seringkali "mengkungkung" diri sendiri.

Ekspektasi Gender: Pengasuhan Anak & Perawatan Lansia

Minimnya dukungan kebijakan cuti juga memperburuk keadaan. Cuti melahirkan di Indonesia hanya 6 minggu, jauh dari standar internasional 14 minggu dengan bayaran penuh. Cuti ayah yang hanya 2 hari pun tidak memadai untuk mendukung peran ayah dalam pengasuhan anak.
 
Belum lagi, ketiadaan cuti keluarga dan layanan penitipan anak yang terbatas, mahal, dan belum diatur dengan baik semakin menambah beban. Tak jarang, perempuan juga dihadapkan pada kebutuhan perawatan lansia, sehingga mereka harus mengurus anak dan orang tua secara bersamaan.

Ekosistem Pengasuhan Anak untuk Perempuan Bekerja

Namun, situasi ini dapat berubah jika dukungan pengasuhan anak yang memadai tersedia. Kualitas dan kuantitas pekerjaan perempuan terbukti meningkat dengan adanya dukungan tersebut. Liana menyebut, para ibu yang mendapatkan dukungan pengasuhan anak selama 8 jam atau lebih memiliki peluang 29% lebih tinggi untuk bekerja, 20% lebih tinggi untuk memiliki pekerjaan penuh waktu, dan 15% lebih tinggi untuk memiliki pekerjaan formal.

Memberdayakan Perempuan Bekerja, Mengurangi Kesenjangan Gender

Dengan mendukung perempuan bekerja melalui ekosistem pengasuhan anak, kita dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dukungan pengasuhan anak juga berperan penting dalam mengurangi kesenjangan gender di dunia kerja, menciptakan ruang eksplorasi diri yang lebih adil bagi semua orang. Selain itu, dengan menyediakan dukungan pengasuhan anak, perempuan dapat mencapai keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan kerja dan keluarga, memungkinkan mereka untuk berkembang baik secara profesional maupun pribadi.
 

***

 
Dengan membangun ekosistem pengasuhan anak yang kuat, kita dapat membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik bagi perempuan, bisnis, dan masyarakat Indonesia. Upaya ini sejalan dengan misi IGNITE, sebuah komunitas yang didirikan secara pro-bono oleh PT A.T. Kearney, perusahaan konsultan manajemen, PT Egon Zehnder International, perusahaan pencarian eksekutif, dan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE).
 
IGNITE bertujuan untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di posisi kepemimpinan perusahaan dan mencapai Sustainable Development Goals (SDG) terkait pemberdayaan perempuan. Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan masa depan yang lebih inklusif dan adil bagi perempuan Indonesia. (MAR)

Foto: Pexels

 


Topic

Feminisme

Author

DEWI INDONESIA