ICAD 2019 Membawa Tema Mind Mapping
ICAD 2019 menyibak cara kerja di balik penciptaan seniman maupun desainer dalam sebuah peta karya.
17 Dec 2019


2 / 4
Seperti biasa, menjelang akhir tahun area di Hotel Grandkemang Jakarta berubah menjadi semacam galeri bagi perhelatan Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD). Tahun ini, perjalanan ICAD di dunia seni dan desain telah memasuki satu dasawarsa. ICAD 2019 mengambil tema besar Faktor X namun gagasan tentang mind mapping menjadi konsep dalam metode kuratorial. Kurator menggali peta berpikir dan latar belakang 10 seniman yang mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan seni dan desain kontemporer Indonesia dalam 20 tahun terakhir di antaranya Tisna Sanjaya, Nirwan Dewanto, Agus Suwage, dan Rinaldy Yunardi.


Cara kerja para seniman dibedah. Termasuk segala hal yang tersembunyi dalam dokumen arsip, dokumentasi visual, catatan, latar belakang sosial, bahkan apa yang ada dalam pikiran mereka sendiri. Nirwan Dewanto menampakkan proses kreatifnya lewat sejumlah buku catatan, sketsa, dan buku harian dalam meja vitrin. Pengunjung bisa melihat tulisan tangannya yang menjadi pedal bagi sastranya sendiri. Ada juga gambar-gambar yang dianggap sebagai jembatan untuk menyeberang dari tahap penulisan satu ke tahap berikutnya. Baginya, gambar menjadi bagian dari perilaku menulisnya.  Di dinding terpampang lukisan bersama kutipan dari sejumlah bukunya serta karya video bertajuk The End of Writing.


Hal yang sama ditawarkan kepada partisipan muda  dengan kecenderungan berkarya menggunakan metode kerangka berpikir mind mapping. Seniman dan desainer muda seperti Danny Wicaksono, Denny Priyatna, Mulyana, dan Yaya Sung diajak untuk merepresantikan karyanya dengan dorongan memberi pengalaman tentang metode kreatif yang selama ini  mereka kerjakan. Semua karya mempunyai jejak spekulatif-konstrukstif dari penciptanya yang membangun relevansi dengan masyarakat. “Orang bisa menikmati rekonstruksi cara berpikir seniman atau desainer. Ditambah, generasi baru yang muncul ini adalah pelaku yang aktif berkarya tapi tidak melepaskan praktik pengetahuan,” ujar Hafiz Rancajale, kurator ICAD 2019.

Melengkapi paparan pikiran dan karya utama, tiga konvensi tentang desain, seni, dan film rangkaian diadakan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menginspirasi dan mendekatkan seni kepada publik. Selain itu, ICAD membuka Open Submission untuk pertama kalinya. Terpilih delapan pelaku kreatif yang memamerkan karyanya di ICAD 2019. Program perdana lainnya yaitu ICAD Award yang digelar untuk memberikan penghargaan kepada pelaku-pelaku kreatif yang dianggap penting dan punya kontribusi besar pada perkembangan dunia desain dan seni kontemporer di Indonesia. Penerima penghargaan ini dipilih oleh Tim Juri yang menyeleksi dari hasil rekomendasi dan riset yang dilakukan oleh ICAD. Berlangsung dari tanggal 16 Oktober sampai 24 November, ICAD 2019 juga menghadirkan penampilan khusus, salah satunya Angela Ciobanu, desainer perhiasan asal Rumania. (WHY) Foto: Orie Buchori

 

 

Author

DEWI INDONESIA