Gojek mengumumkan kampanye kolaborasi terbarunya dengan penulis buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI), Marchella FP. Ini merupakan kelanjutan dari kampanye #PenjagaAmanah yang Gojek luncurkan sejak 2019.
Kampanye kolaborasi ini menghadirkan kisah-kisah inspiratif dari para mitra Gojek. Kisah-kisah itu lantas disajikan dalam buku Nanti Kita Cerita Tentang Driver Gojek dan rangkaian kampanye digital di akun media sosial Gojek.
Cerita menyentuh nan inspiratif dari para mitra Gojek memang kerap lalu-lalang di linimasa media sosial. Mulai dari driver yang bisa menyediakan berbagai keperluan penumpang hingga mereka yang berkontribusi lebih bagi lingkungan di sekitarnya.
Dilansir dari siaran pers, ada sekitar 79.000 percakapan tentang driver Gojek di media sosial. Puluhan ribu kisah itu lalu dikurasi dan diolah oleh Marchella yang kemudian ia sajikan dengan gaya a la NKCTHI.
Pada gelaran konferensi pers, Marchella menyatakan antusiasmenya menyambut kolaborasi ini. Ia menyatakan Gojek berada di daftar teratas brand yang ingin diajaknya bekerja sama. “Karena NKCTHI itu hal yang dekat banget dengan keseharian, jadi saya mencari brand yang juga terjun langsung di keseharian masyarakat,” jelas perempuan yang akrab disapa Cecel itu.
Kisah-kisah yang membangkitkan simpati memang bukan barang baru bagi Gojek maupun NKCTHI. Gojek kerap mengedepankan relatabilitas publik dalam materi-materi pemasarannya. Entah itu dari cerita-cerita para pengguna dan mitra yang didapuk gelar “cerdikiawan” hingga kampanye #PenjagaAmanah.
Menjual Empati, Menjadi Bagian dari Publik
Ada beberapa hal yang dilakukan Gojek dengan kampanye-kampanyenya: menjual empati dan berusaha menjadi bagian publik. Oleh karena itu cerita-cerita personal menjadi bahan bakar dari strategi pemasaran mereka sehingga pengguna ataupun mitra bisa melihat diri mereka dalam skema besar strategi pemasaran perusahaan karya anak bangsa tersebut.
Termasuk kolaborasi terbaru mereka dengan NKCTHI. Lewat kampanye ini, Gojek bersama NKCTHI berusaha menunjukkan sisi manusiawi dari para driver dengan kisah, jasa, dan perjuangannya masing-masing. Dalam kasus ojek daring, hubungan antara konsumen dan driver kerap berlangsung dingin, sebatas penumpang dan supir yang sama-sama asing bagi satu sama lain. An order to get done.
Dengan menampilkan sisi-sisi humanis dari para driver, tentu salah satu tujuannya adalah memanusiakan para driver mereka dan membangun empati konsumen. Imbasnya? Tentu secara tak langsung turut “memanusiakan” brand mereka. Hal ini juga bisa meningkatkan kepercayaan publik kepada para driver Gojek.
Survey ekspektasi konsumen dari generasi milenial oleh Fashion Institute and Technology pada 2017 menunjukkan koneksi emosional sebagai salah satu faktor pendorong konsumsi. Koneksi ini salah satunya didapatkan lewat pengetahuan akan “siapa yang ada di belakang layar”. Setidaknya 48% dari total responden menyatakan akan lebih terdorong mengonsumsi suatu produk jika mereka mengetahui sosok di balik produk tersebut, dalam kasus ini siapa sosok driver yang mengantarkan mereka ke tempat tujuan lewat layanan transportasi Gojek.
Strategi pemasaran memang selalu melibatkan “jual-beli” perasaan konsumen. Bagaimanapun riset perusahaan content-marketing Contently menunjukkan bahwa manusia adalah mahluk yang emosional dan kerap mengonsumsi barang atau jasa berdasarkan impuls perasaan. Gojek bukan yang pertama dan tentunya bukan yang terakhir. Namun, kolaborasi kampanye ini semacam menjadi penegas posisi NKCTHI dan Gojek sebagai brand yang dekat, jika tak mau dibilang tak bisa dilepaskan, dari keseharian masyarakat. (SIR). Foto: Shuliya Ratanavara.