Gerak Hamisah Sang Inspirator dan Kepala Dusun Wanita Pertama
Ia turun langsung menanggulangi penyakit endemi dan mencegah penebangan liar di dusun Sidorejo, Kalimantan Barat.
3 Mar 2017



Awal mula Hamisah berkeinginan untuk menjadi Kepala Dusun adalah karena Ia geram melihat kepala dusun yang seolah tak berupaya maksimal dalam menyelesaikan permasalahan di daerah. Seperti jalan yang rusak, banjir, dan masih banyak lagi. Hal ini membuat ia terpikir untuk menjadi kepala dusun, walaupun ia sadar dirinya adalah seorang perempuan yang bahkan hanya menuntaskan pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama.
Ada banyak tantangan yang dilalui tetapi karena ia adalah seorang wanita yang gigih, ia bahkan berhasil memberantas penebangan liar yang sempat melanda daerahnya. Sehari-hari ia juga bekerja sebagai Koordinator Pengawas Minum Obat dari Klinik Asri. Klinik kesehatan yang dibangun oleh Kinari Webb, wanita asal Amerika yang memiliki kepedulian terhadap kondisi kesehatan masyarakat desa Sedahan Jaya, Kalimantan Barat.
Di mata Kinari, Hamisah ialah sosok yang inspirasional. Berikut kutipan perbincangan kami dengan Kinari.

Q : Apa yang membuat Anda mengangkat Hamisah sebagai tim Pengawas Minum Obat?
A  : Di klinik Asri, kami sangat memerlukan orang yang berdedikasi, punya rasa empati, dan cerdas. Sulit sekali rasanya menemukan kriteria tersebut di daerah ini. Jujur, kami berkali-kali harus merumahkan para pegawai akibat perilaku tidak disiplin dalam melakukan tugas sebagai pengawas minum obat. Kuman Tuberkulosis dapat berkembang pesat apabila tidak dikontrol dengan baik. Hamisah ialah satu-satunya wanita yang tidak pernah melakukan kesalahan dalam melakukan peran sebagai pengawas minum obat. Ia sangat disiplin dalam bekerja. Ia pun bekerja dengan kasih. 

Q : Mengapa Anda membentuk program pengawasan minum obat sejak tahun 2011?
A : Banyak masyarakat yang tidak bisa disiplin dalam minum obat Tuberkulosis. Hal tersebut menyebabkan mereka menjadi resisten terhadap obat tersebut. Dalam kurun waktu tersebut, tingkat kesembuhan penderita penyakit Tuberkulosis masih rendah. Oleh karena itu WHO menyarankan agar dibentuk program Pengawas Minum Obat demi menanggulangi masalah ini.

Q : Hal apa yang membuat Anda yakin untuk mengangkat Hamisah sebagai Koordinator Pengawas Minum Obat?
A: Setelah bekerja beberapa tahun bersama Hamisah, saya tahu bahwa ia mampu menjalani peran ini meski ia memiliki latar belakang pendidikan rendah, tidak bisa menggunakan komputer, dan sangat pemalu. Ketika pertama kali menawarinya untuk posisi ini, ia menolak. Setelah ia menjadi kepala dusun, saya kembali menawarinya sebagai koordinator pengawas obat. Lantas ia menerima posisi ini. Kali ini keahliannya sudah bertambah. Ia berani dan mampu bicara pada pemerintah tentang hal-hal yang dibutuhkan.

Q:  Bagaimana pendapat Anda terhadap Hamisah?
A : Ia wanita yang luar biasa! Awalnya ia ialah orang yang tidak percaya diri. Tetapi seiring berjalannya waktu, ia benar-benar berkembang melalui profesinya dan menjadi sosok yang inspirasional.

*Simak kisah Hamisah selengkapnya pada majalah dewi edisi April 2017.

(JAR) Foto: dok. Asri.
 

 

Author

DEWI INDONESIA