Lawangwangi Creative Space - ArtSociates dan Galeri Nasional Indonesia bekerja sama mengadakan pameran tunggal Tisna Sanjaya. Merayakan 60 tahunnya. Pameran Tisna Sanjaya bertajuk Potret Diri sebagai Kaum Munafik digelar dari tanggal 9 hingga 21 Juli 2018 di Galeri Nasional Indonesia.
Tisna memusatkan perhatian pada praktik-praktik keberagamaan yang disaksikannya pada masa sekarang. Karya terbarunya berupa seri etsa merepresentasikan kekhusukan Tisna atas Asmaul Husna yang berjumlah 99. Karya-karya patung, objek dan instalasinya terkait dengan pertanyaannya atas pelibatan agama dalam politik atau penggunaan agama untuk meraih tujuan-tujuan kekuasaan. Karya-karya grafisnya mengingatkan pada keriuhan suasana “jeprut permanen” dengan wujud sosok, wajah, pepatah-petitih dan corat-coret khas Tisna.
Potret Diri sebagai Kaum Munafik adalah retorika dan suatu permainan makna. Dalam tradisi Islam, pernyataan ini bisa dipahami sebagai langkah ajakan untuk mengoreksi tiap kesalahan diri. Bagi Tisna, beragama dan berkesenian merupakan hal yang menyenangkan. Agama menjadi lebih humanis ketika seni hadir di dalamnya.
Keberagamaan yang dihadirkan oleh Tisna adalah keberagamaan yang merayakan kekayaan, pluralitas dan rahmat kehidupan. Dengan kata lain, kehidupan agama baginya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan agama kehidupan. Keberagamaan seperti itu akan melahirkan “momen-momen kebaikan” yang secara gnostis diam-diam ingin dipancarkan oleh Tisna melalui karya-karyanya. (WHY) Foto: Dok. Galnas
Tisna memusatkan perhatian pada praktik-praktik keberagamaan yang disaksikannya pada masa sekarang. Karya terbarunya berupa seri etsa merepresentasikan kekhusukan Tisna atas Asmaul Husna yang berjumlah 99. Karya-karya patung, objek dan instalasinya terkait dengan pertanyaannya atas pelibatan agama dalam politik atau penggunaan agama untuk meraih tujuan-tujuan kekuasaan. Karya-karya grafisnya mengingatkan pada keriuhan suasana “jeprut permanen” dengan wujud sosok, wajah, pepatah-petitih dan corat-coret khas Tisna.
Potret Diri sebagai Kaum Munafik adalah retorika dan suatu permainan makna. Dalam tradisi Islam, pernyataan ini bisa dipahami sebagai langkah ajakan untuk mengoreksi tiap kesalahan diri. Bagi Tisna, beragama dan berkesenian merupakan hal yang menyenangkan. Agama menjadi lebih humanis ketika seni hadir di dalamnya.
Keberagamaan yang dihadirkan oleh Tisna adalah keberagamaan yang merayakan kekayaan, pluralitas dan rahmat kehidupan. Dengan kata lain, kehidupan agama baginya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan agama kehidupan. Keberagamaan seperti itu akan melahirkan “momen-momen kebaikan” yang secara gnostis diam-diam ingin dipancarkan oleh Tisna melalui karya-karyanya. (WHY) Foto: Dok. Galnas
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta