Pulau Dewata telah lama menjadi surga spiritual yang menarik bagi para jiwa yang mencari kedamaian batin dari seluruh dunia. Warisan budayanya yang kaya, keindahan alam yang menakjubkan, dan suasana spiritual yang semarak, Bali menawarkan lingkungan yang unik untuk eksplorasi batiniah.
Minat terhadap praktik spiritual kuno, termasuk yang berakar pada ajaran Mantrayana, dalam beberapa tahun terakhir ini pun semakin meningkat. Mantrayana, sebuah ajaran Buddhisme Tibet, menekankan kekuatan mantra, visualisasi, dan meditasi untuk mengubah pikiran dan mencapai pencerahan batin.
Dewi berkesempatan untuk berbincang dengan Yang Mulia Shyalpa Tenzin Rinpoche, seorang Vajra Master Buddha Tibet yang dihormati, jelang sesi spiritual yang ia pimpin di Nuanu, Tabanan, Bali. Yang Mulia Shyalpa Tenzin Rinpoche membagikan kebijaksanaan Mantrayana untuk membantu individu terhubung dengan diri batin mereka dan berkontribusi pada dunia yang lebih damai. Ajarannya menawarkan pendekatan praktis untuk praktik-praktik spiritual, memberdayakan individu untuk menavigasi tantangan kehidupan modern dengan welas asih dan kasih sayang.
Kekuatan Kedamaian Batin
Rinpoche menjelaskan bahwa perdamaian dunia dimulai dari perdamaian batin. Dengan memahami bahwa setiap orang mencari kedamaian, kita dapat menumbuhkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap seluruh umat manusia. Beliau mengajak kita untuk menyadari bahwa kita adalah bagian integral dari dunia ini, dan tindakan kita memiliki dampak yang signifikan.
"Kedamaian batin hanya mungkin terjadi ketika ada pemahaman bahwa setiap orang mencari kedamaian,” ujarnya. “Kalau kita sudah bisa melihat kesamaan ini, kita akan terhubung dengan orang lain dengan welas asih, sehingga yang ada di antara kita, umat manusia, adalah hubungan harmonis.”
Peran Individu untuk Perdamaian Dunia
Rinpoche menggarisbawahi pentingnya tindakan individu dalam membentuk dunia. Kita bukan semata-mata individu di Bumi yang luas ini. Justru dunia ini terbentuk dari car akita menyikapinya. Setiap pikiran, kata, dan perbuatan memiliki potensi untuk mempengaruhi kesadaran kolektif. Dengan mempraktikkan kemurahan hati, kesabaran, dan hati yang penuh kasih, kita dapat berkontribusi pada dunia yang lebih damai dan penuh kasih sayang.
"Anda mampu mengubah banyak hal menjadi hal yang positif. Inilah mengapa, dengan cara saya sendiri, saya memiliki visi ini: make peace more fashionable than war,” katanya lagi.
Jalan Menuju Pembebasan
Rinpoche juga memperingatkan tentang bahaya spiritualitas materialistis, yang seringkali gagal memberikan ketenangan batin. Beliau mendorong kita untuk mencari jalan non-kekerasan yang mengarah pada pembebasan spiritual.
"Banyak orang baik berusaha keras untuk menemukan sesuatu yang bermakna, tetapi mereka terjebak dalam keserakahan dan menjadi sangat materialistis,"
Jalan non-kekerasan baginya bukan hanya berarti tidak mengambil senjata atau pisau untuk menyakiti orang lain. Non-kekerasan juga berarti merawat diri sendiri, tidak melakukan kekerasan pada diri sendiri, tidak merudapaksa diri sendiri.
“Jadi, bagaimana kita merudapaksa diri sendiri?” tanyanya. “Ketika kita tergoda oleh materi, kita sedang melakukan kekerasan terhadap diri sendiri.”
Menurutnya, kita tidak boleh mengambil lebih dari yang kita butuhkan. Baginya, kecerdasan seseorang ditandai dengan kemampuan dirinya untuk merasa cukup denga napa yang dimilikinya.
“Mampu mengatakan 'cukup' adalah hal paling cerdas. Mengapa Anda ingin memperpanjang waktu? Karena hidup sangat singkat. Ketika kita tidak tahu kapan itu cukup, kita tidak menyadari singkatnya hidup ini,” pungkasnya.
***
Yang Mulia Shyalpa Tenzin Rinpoche menggelar sesi spiritual di momen pembukaan ruang kreatif baru yang digagas oleh Labyrinth Collective Bali. The Dome, nama ruang kreatif baru yang juga menjadi tempat dihelatnya sesi bersama Rinpoche, berada di dalam kompleks Nuanu yang berlokasi di Tabanan, Bali.
Melalui ajaran dan praktiknya, Rinpoche menawarkan peta jalan menuju pertumbuhan spiritual dan transformasi. Merangkul kebijaksanaan kuno Mantrayana dan menumbuhkan hubungan yang dalam dengan diri batin, kita dapat membuka potensi penuh kita dan berkontribusi pada masa depan yang lebih cerah bagi semua. (MAR)