Menjadi bagian dari strategi bisnis, re-branding memang bukanlah menjadi hal yang asing bagi perusahaan. Banyak alasan mengapa biasanya sebuah perusahaan atau brand melakukan re-branding. Mulai dari memiliki filosofi yang baru hingga demi menentukan market positioning yang lebih baik.
Aksi re-branding bisa dilakukan melalui banyak hal, seperti mengubah logo dan desain, mengubah strategi pemasaran, mengubah cara pendekatan brand ke pasar yang ditujunya, dan masih banyak lainnya. Tidak melulu hanya digunakan oleh brand-brand baru, re-branding pun dilakukan oleh beberapa brand besar yang sudah dikenal dunia berikut ini.
Valentino
Isu sustainability (keberlanjutan) memang sedang marak diusung oleh banyak brand dan pihak. Hal ini pula yang juga dilakukan oleh luxury fashion brand, Valentino, sebagai salah satu aksi re-branding. Yakni dengan memperkenalkan kemasan baru yang berkonsep sustainability. Tas belanja berwarna putih yang berlogo merah itu diproduksi dari 55% kertas daur ulang (40% limbah konsumen, 15% bahan produksi daur ulang yang tidak terpakai). Kotak manis milik Valentino juga terbuat dari kardus dan kertas tisu, di mana bahannya datang dari hutan keberlanjutan (sustainability forests).
Valentino juga menggunakan 75% bambu, 25% cotton linter, dan 55% kertas daur ulang untuk memproduksi alat tulis dan kartu ucapan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Valentino untuk kotak kemasan aksesorinya, yakni diproduksi dari 100% kardus daur ulang dan 55% kertas daur ulang. Sementara tas belanja tahan air buatannya diolah dari 100% bahan transparan daur ulang.
Facebook Inc
Bagi Anda yang sudah aktif bermain media sosial, pasti Facebook sudah tidak asing lagi. Platform yang diciptakan oleh Mark Zuckenberg ini berada di bawah perusahaan bernama Facebook Inc dan menaungi beberapa media sosial lainnya, seperti WhatsApp dan Instagram. Namun, pada Oktober 2021, Mark mengumumkan secara resmi ia melakukan perubahan dan re-branding dengan mengubah nama perusahaan Facebook Inc menjadi Meta. Hal ini dilakukan oleh Mark Zuckenberg, sang CEO, karena perusahaan tersebut ingin memiliki identitas baru untuk masa depan Facebook Inc, yakni membangun metaverse, di mana semua orang bisa terhubung secara digital, apapun kegiatannya, mulai dari bekerja, berkomunikasi, hingga bermain game.
Berlatar belakang itu, Mark juga ingin menghapus pemikiran masyarakat yang melihat Facebook Inc hanya sebagai perusahaan jejaring sosial. Padahal ia berharap bisa lebih dari itu. Menurutnya lagi, nama “Facebook Inc” tidak cukup mewakili brand WhatsApp dan Instagram yang juga dinaunginya.
Dunkin’ Donuts
Pada awal 2019, restoran yang terkenal akan menu donatnya ini memutuskan untuk mengganti nama brand mereka menjadi Dunkin’, tanpa embel-embel “Donuts” di belakangnya. Dilansir dari Strait Times, Dunkin’ melakukan re-branding ini agar lebih mudah diingat oleh para generasi muda. Menurut Tony Weisman, Direktur Marketing Dunkin’, sebuah kata sederhana akan membuat energi baru yang luar biasa.
Untuk mendukung re-branding yang dilakukannya ini, Dunkin’ juga sedikit mengubah logo mereka, yakni menghilangkan gambar gelas minuman. Dengan meniadakan kata ‘Donuts’ di belakang, Dunkin’ mengaku tidak hanya ingin fokus pada menu donatnya, tapi juga pada minuman mereka.
Magnum
Ketika membicarakan tentang es krim, nama Magnum jadi salah satu merek es krim yang dikenal kalangan luas. Logonya yang menunjukkan huruf “M” memang cukup ikonik dan mudah diingat oleh banyak orang. Terakhir kali logonya diperkenalkan pada saat ulang tahun mereka ke-25 pada tahun 2014, kesan mewah bisa dirasakan. Saat itu huruf “M” kapital berwarna emas disematkan di tengah lingkaran yang juga berwarna emas dengan latar warna cokelat dan tulisan “Magnum” di bawah logo “M”.
Namun, pada tahun 2021, Magnum memutuskan untuk mengubah logo mereka menjadi lebih sederhana dengan maksud ingin menunjukkan bahwa es krim Magnum bisa dinikmati oleh semua kalangan, tidak hanya oleh orang-orang tertentu. Tidak terlalu jauh berbeda dari logo terakhirnya, logo terbaru Magnum didesain lebih bersih dan efek tekstur yang lebih halus.
Burger King
Re-branding juga dilakukan oleh Burger King dengan cara mengganti logo mereka. Terlihat lebih vintage, nyatanya logo teranyar yang diusung oleh restoran cepat saji satu ini memiliki tampilan sangat mirip dengan logo yang mereka gunakan di era 1994-1999. Jika logo sebelumnya mengandung unsur warna biru, kuning, merah, di logo terbarunya Burger King hanya memasukkan dua warna, yaitu merah dan oranye.
Bukan tanpa sebab mereka melakukan itu. Burger King sengaja tidak menggunakan banyak warna karena ini sejalan dengan misi baru mereka dalam menghilangkan bahan pengawet di dalam menunya. Pada awal 2021, Burger King juga sempat mengumumkan akan menghilangkan semua warna dan pengawet dari menu burger Whoper mereka dan siap memperkenalkan pilihan menu yang lebih sehat. (RJ) Foto: Valentino, voanews.com, today.com, transformmagazine.net, medium.com
Aksi re-branding bisa dilakukan melalui banyak hal, seperti mengubah logo dan desain, mengubah strategi pemasaran, mengubah cara pendekatan brand ke pasar yang ditujunya, dan masih banyak lainnya. Tidak melulu hanya digunakan oleh brand-brand baru, re-branding pun dilakukan oleh beberapa brand besar yang sudah dikenal dunia berikut ini.
Valentino
Isu sustainability (keberlanjutan) memang sedang marak diusung oleh banyak brand dan pihak. Hal ini pula yang juga dilakukan oleh luxury fashion brand, Valentino, sebagai salah satu aksi re-branding. Yakni dengan memperkenalkan kemasan baru yang berkonsep sustainability. Tas belanja berwarna putih yang berlogo merah itu diproduksi dari 55% kertas daur ulang (40% limbah konsumen, 15% bahan produksi daur ulang yang tidak terpakai). Kotak manis milik Valentino juga terbuat dari kardus dan kertas tisu, di mana bahannya datang dari hutan keberlanjutan (sustainability forests).
Valentino juga menggunakan 75% bambu, 25% cotton linter, dan 55% kertas daur ulang untuk memproduksi alat tulis dan kartu ucapan. Hal yang sama juga dilakukan oleh Valentino untuk kotak kemasan aksesorinya, yakni diproduksi dari 100% kardus daur ulang dan 55% kertas daur ulang. Sementara tas belanja tahan air buatannya diolah dari 100% bahan transparan daur ulang.
Facebook Inc
Bagi Anda yang sudah aktif bermain media sosial, pasti Facebook sudah tidak asing lagi. Platform yang diciptakan oleh Mark Zuckenberg ini berada di bawah perusahaan bernama Facebook Inc dan menaungi beberapa media sosial lainnya, seperti WhatsApp dan Instagram. Namun, pada Oktober 2021, Mark mengumumkan secara resmi ia melakukan perubahan dan re-branding dengan mengubah nama perusahaan Facebook Inc menjadi Meta. Hal ini dilakukan oleh Mark Zuckenberg, sang CEO, karena perusahaan tersebut ingin memiliki identitas baru untuk masa depan Facebook Inc, yakni membangun metaverse, di mana semua orang bisa terhubung secara digital, apapun kegiatannya, mulai dari bekerja, berkomunikasi, hingga bermain game.
Berlatar belakang itu, Mark juga ingin menghapus pemikiran masyarakat yang melihat Facebook Inc hanya sebagai perusahaan jejaring sosial. Padahal ia berharap bisa lebih dari itu. Menurutnya lagi, nama “Facebook Inc” tidak cukup mewakili brand WhatsApp dan Instagram yang juga dinaunginya.
Dunkin’ Donuts
Pada awal 2019, restoran yang terkenal akan menu donatnya ini memutuskan untuk mengganti nama brand mereka menjadi Dunkin’, tanpa embel-embel “Donuts” di belakangnya. Dilansir dari Strait Times, Dunkin’ melakukan re-branding ini agar lebih mudah diingat oleh para generasi muda. Menurut Tony Weisman, Direktur Marketing Dunkin’, sebuah kata sederhana akan membuat energi baru yang luar biasa.
Untuk mendukung re-branding yang dilakukannya ini, Dunkin’ juga sedikit mengubah logo mereka, yakni menghilangkan gambar gelas minuman. Dengan meniadakan kata ‘Donuts’ di belakang, Dunkin’ mengaku tidak hanya ingin fokus pada menu donatnya, tapi juga pada minuman mereka.
Magnum
Ketika membicarakan tentang es krim, nama Magnum jadi salah satu merek es krim yang dikenal kalangan luas. Logonya yang menunjukkan huruf “M” memang cukup ikonik dan mudah diingat oleh banyak orang. Terakhir kali logonya diperkenalkan pada saat ulang tahun mereka ke-25 pada tahun 2014, kesan mewah bisa dirasakan. Saat itu huruf “M” kapital berwarna emas disematkan di tengah lingkaran yang juga berwarna emas dengan latar warna cokelat dan tulisan “Magnum” di bawah logo “M”.
Namun, pada tahun 2021, Magnum memutuskan untuk mengubah logo mereka menjadi lebih sederhana dengan maksud ingin menunjukkan bahwa es krim Magnum bisa dinikmati oleh semua kalangan, tidak hanya oleh orang-orang tertentu. Tidak terlalu jauh berbeda dari logo terakhirnya, logo terbaru Magnum didesain lebih bersih dan efek tekstur yang lebih halus.
Burger King
Re-branding juga dilakukan oleh Burger King dengan cara mengganti logo mereka. Terlihat lebih vintage, nyatanya logo teranyar yang diusung oleh restoran cepat saji satu ini memiliki tampilan sangat mirip dengan logo yang mereka gunakan di era 1994-1999. Jika logo sebelumnya mengandung unsur warna biru, kuning, merah, di logo terbarunya Burger King hanya memasukkan dua warna, yaitu merah dan oranye.
Bukan tanpa sebab mereka melakukan itu. Burger King sengaja tidak menggunakan banyak warna karena ini sejalan dengan misi baru mereka dalam menghilangkan bahan pengawet di dalam menunya. Pada awal 2021, Burger King juga sempat mengumumkan akan menghilangkan semua warna dan pengawet dari menu burger Whoper mereka dan siap memperkenalkan pilihan menu yang lebih sehat. (RJ) Foto: Valentino, voanews.com, today.com, transformmagazine.net, medium.com
Topic
CultureAuthor
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Laras Alam Dalam DEWI's Luxe Market: "Suara Bumi"