Jika menyebut tentang kain tradisional Indonesia, perspektif banyak orang terutama kaum muda masih banyak memandang sebelah mata. Kesan kuno menjadi sangat melekat pada selembar kain tradisional. “Masih ada anak muda yang berpikiran bahwa kain Indonesia itu ketinggalan zaman. Mereka melihat batik adalah motif, justru itu adalah motifnya. Tidak selamanya sesuatu yang tradisional itu kuno, tergantung dari sudut mana kita melihatnya.”
Chitra Subyakto kini memang dikenal sebagai salah satu pegiat kain tradisional dari perspektif yang lebih menyenangkan. Kecintaannya pada kain tradisional tidak datang begitu saja. Butuh proses yang tidak sebentar dan sang ibu lah yang berperan besar menumbuhkan serta menanamkan rasa cinta terhadap batik dan kain tradisional lainnya.
Seiring bertambahnya usia, Chitra gemar mengeksplorasi wilayah Indonesia, sembari menambah khasanah pengetahuannya mengenai kain tradisional. Lewat keindahan perjalanannya ini lah Ia kemudian memutuskan untuk membuat sebuah label busana berbasis kain tradisional yang dinamakan Sejauh Mata Memandang. Melalui labelnya ini, Chitra kemudian perlahan mengenalkan kaum muda bahwa kain tradisional Indonesia dapat dibuat dengan motif dan gaya yang menyenangkan dan pada akhirnya, kain tradisional kini menjadi lebih relevan dengan zaman.
Jatuh dan gagal tentu pernah dirasakan, namun ia memilih duduk bersama para perajin batik demi mendapat kualitas terbaik. Cara ini sukses memberikan sentuhan akhir yang erat dengan ciri khas masing-masing daerah. Sejauh ini, Chitra telah bekolaborasi dengan perajin dari sejumlah daerah di Jawa, Bali, dan Sumba.
Baru-baru ini Chitra merilis koleksi terbaru Sejauh Mata Memandang bekerja sama dengan ibu-ibu penghuni Rusun Marunda, Jakarta Utara, dengan mengangkat ikon Jembatan Semanggi yang akan diresmikan tahun ini. Para ibu yang telah dikumpulkan, diberi pelatihan membatik oleh Chitra selama enam bulan sebelum akhirnya menghasilkan sebuah karya. Tak semudah yang terdengar, ada banyak yang memilih mundur sehingga hanya sisa belasan orang saja yang tetap teguh belajar membatik. Pelatihan ini diharapan dapat menjadi pintu pelestarian kegiatan membatik, sekaligus menumbuhkan jiwa wira usaha, sehingga mampu membawa kontribusi untuk pendapatan keluarga mereka. Tak hanya memproduksi kain, koleksi ini juga meluncurkan ragam bantal dekorasi dengan hiasan sulaman tangan yang merupakan hasil kerja sama dengan para ibu dari Rusun Pesakih, Jakarta Barat, dan Rusun Pulo Gebang, Jakarta Timur.
Dengan menghubungkan para ibu dari berbagai wilayah Jakarta menjadi satu, kemudian menjadi selaras dengan filosofi Jembatan Semanggi yang menjadi sebuah simbol persatuan wilayah tanpa terputus lampu lalu lintas. Dan melihat para ibu yang menjadi berdaya, adalah salah satu tujuan Chitra melalui Sejauh Mata Memandang. (TA) Foto: dok. Sejauh Mata Memandang
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta