Aktris Raihaanun kembali ke dunia layar lebar lewat film teranyarnya berjudul 27 Steps of May. Dalam film tersebut ia berperan sebagai May, seorang perempuan yang mengalami kekerasan seksual di masa remaja. Kejadian pemerkosaaan yang menimpanya menimbulkan trauma berkepanjangan hingga ia tumbuh dewasa 8 tahun kemudian. Kejadian tersebut tak hanya merusak dirinya namun juga pada keluarga dan dunianya. Ayahnya yang diperankan oleh Lukman Sardi terus diliputi rasa bersalah. May memutuskan untuk menarik diri dari dunia luar. Hidupnya dihabiskan dalam kesunyian dan trauma. Hingga suatu hari, Ario Bayu sebagai seorang pesulap sekaligus tetangganya hadir dalam kehidupan May dan perlahan membantunya untuk melewati traumanya.
Saat pertama kali mendapat tawaran untuk bermain dalam 27 Steps of May, Raihaanun langsung menyukai naskahnya. “Setelah saya baca naskahnya, saya pun jatuh cinta kepada karakter May,” ungkapnya pada Dewi. Proses reading naskah yang lebih banyak diskusi dan membedah karakter memungkinkan Raihaanun untuk dapat melakukan eksplorasi terhadap karakter May. Ia melihat karakter May sebagai perempuan pendiam yang rapuh dan depresif. “Disini saya banyak melakukan silent acting. Tidak banyak dialog yang saya ucapkan.” Ia melanjutkan.
Meskipun demikian, silent acting merupakan tantangan terberatnya dalam bermain. “Bagaimana saya menyampaikan emosi dalam hati dalam diam itu lebih sulit dari bicara lewat dialog.” Jelasnya. Orang bisa salah interpretasi terhadap simbol dan makna jika tidak dilakukan secara benar. Selain itu, adegan pemerkosaan juga menjadi hal terberat selama syuting. “Saya sengaja melakukan adegan tersebut diawal syuting, agar rasa traumanya bisa saya bawa hingga akhir. Walaupun hanya berperan, tapi saya merasakan betul kekejamannya.” kisah peraih penghargaan Aktris Utama Pilihan Tempo dalam ajang Festival Film Tempo 2018.
Isu kekerasan terhadap perempuan yang diangkat dalam film ini, berusaha menyadarkan masyarakat agar mau mengerti bahwa dampak yang ditimbulkan dari kekerasan seksual sangat besar. Perempuan juga tidak bisa disalahkan. “Saya melihat, seringkali perempuan yang disalahkan atas pakaian atau perilakunya. Padahal yang harus diperbaiki adalah pola pikir laki-laki.” ujar perempuan yang mengawali debutnya lewat film Badai Pasti Berlalu.
Semua orang berperan penting dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan bukan hanya korban. “Kita semua bisa melakukan sesuatu untuk isu ini. Saya harap penonton bisa mengambil hal positif dari isu penting yang ada di film 20 Steps of May.” Tutupnya. Film 20 Steps of May disutradarai Ravi Bharwani dan naskahnya ditulis oleh Rayya Makarim telah berhasil melenggang ke sejumlah festival dunia. Di Indonesia sendiri, film ini akan tayang di Indonesia mulai 27 April 2019. (WHY) Foto: Rico Leonard
Saat pertama kali mendapat tawaran untuk bermain dalam 27 Steps of May, Raihaanun langsung menyukai naskahnya. “Setelah saya baca naskahnya, saya pun jatuh cinta kepada karakter May,” ungkapnya pada Dewi. Proses reading naskah yang lebih banyak diskusi dan membedah karakter memungkinkan Raihaanun untuk dapat melakukan eksplorasi terhadap karakter May. Ia melihat karakter May sebagai perempuan pendiam yang rapuh dan depresif. “Disini saya banyak melakukan silent acting. Tidak banyak dialog yang saya ucapkan.” Ia melanjutkan.
Meskipun demikian, silent acting merupakan tantangan terberatnya dalam bermain. “Bagaimana saya menyampaikan emosi dalam hati dalam diam itu lebih sulit dari bicara lewat dialog.” Jelasnya. Orang bisa salah interpretasi terhadap simbol dan makna jika tidak dilakukan secara benar. Selain itu, adegan pemerkosaan juga menjadi hal terberat selama syuting. “Saya sengaja melakukan adegan tersebut diawal syuting, agar rasa traumanya bisa saya bawa hingga akhir. Walaupun hanya berperan, tapi saya merasakan betul kekejamannya.” kisah peraih penghargaan Aktris Utama Pilihan Tempo dalam ajang Festival Film Tempo 2018.
Isu kekerasan terhadap perempuan yang diangkat dalam film ini, berusaha menyadarkan masyarakat agar mau mengerti bahwa dampak yang ditimbulkan dari kekerasan seksual sangat besar. Perempuan juga tidak bisa disalahkan. “Saya melihat, seringkali perempuan yang disalahkan atas pakaian atau perilakunya. Padahal yang harus diperbaiki adalah pola pikir laki-laki.” ujar perempuan yang mengawali debutnya lewat film Badai Pasti Berlalu.
Semua orang berperan penting dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan bukan hanya korban. “Kita semua bisa melakukan sesuatu untuk isu ini. Saya harap penonton bisa mengambil hal positif dari isu penting yang ada di film 20 Steps of May.” Tutupnya. Film 20 Steps of May disutradarai Ravi Bharwani dan naskahnya ditulis oleh Rayya Makarim telah berhasil melenggang ke sejumlah festival dunia. Di Indonesia sendiri, film ini akan tayang di Indonesia mulai 27 April 2019. (WHY) Foto: Rico Leonard
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta