Di tengah bisingnya isu krisis lingkungan kini, Tanakhir Films yang digawangi Nicholas Saputra dan Mandy Marahimin menawarkan perspektif yang amat dekat tetapi belum banyak dibicarakan untuk mengatasinya: iman dan agama. Perspektif ini dihadirkan melalui kisah tujuh orang di tujuh provinsi di Indonesia yang turut melestarikan lingkungan berdasar pada ajaran agama dan kepercayaan mereka. Ketujuh kisah itu lantas dirangkum dalam film dokumenter, Semesta.
“Kami yakin agama apapun pasti mengajarkan untuk mencintai lingkungan, tapi ini jarang di bahas di ruang publik. Sementara kita berada di tengah krisis iklim yang mana ajaran agama untuk melestarikan lingkungan ini bisa membantu kita menghadapinya,” jelas Mandy kepada Dewi.
Ketika ajaran agama kini kerap menjadi senjata untuk saling membenci dan mempersekusi, premis film Semesta tentu menjadi penyejuk. Dari cuplikan film yang dirilis 17 Desember 2019, film dokumenter ini menjanjikan semangat yang universal untuk memastikan kesinambungan manusia dan lingkungannya di balik keberagaman kepercayaan di Tanah Air.
Mandy pun lanjut menjelaskan sudut pandang tentang ajaran agama dan pelestarian lingkungan ini awalnya datang dari Uni Eropa yang juga menjadi salah satu pendukung produksi. “Dari situ kami kemudian mencoba mengkontekstualkannya dengan tradisi dan situasi di Indonesia,” ujarnta.
Lantas dipilihlah tujuh orang yang menunjukkan keselarasan agama dengan agenda pelestarian lingkungan hidup. Dari proses ini Mandy menyatakan ia dan timnya menyadari betapa aagama-agama sudah dengan bijak menyikapi perubahan lingkungan dengan caranya masing-masing. “Kami pun belajar banyak, misalnya tentang energi terbarukan, bagaimana melindungi sumber daya alam, atau mencermati makanan yang masuk ke tubuh kita sebisa mungkin berasal dari sumber yang baik,” lanjutnya.
Film Semesta akan mulai tayang di bioskop secara terbatas mulai 30 Januari 2020. Dimulai di Jakarta dan Yogyakarta, film dokumenter ini nantinya akan ditayangkan di kota-kota lain secara bergilir. “Ini dilakukan karena mengingat minat penonton Indonesia akan film dokumenter masih terbilang rendah,” jelas Mandy.
Selain lewat jaringan bioskop, Mandy juga menyatakan pihaknya kini sedang melakukan pembicaraan dengan layanan streaming audiovisual untuk mendistribusikan film ini ke publik yang lebih luas. (SIR). Foto: Tanakhir Films.