Cerita Deden Siswanto, Ari Seputra & Felicia Budi Yang Banyak Bekerjasama Dengan Pengrajin Lokal
Disaat banyak yang lebih memilih tekstil barat maupun produsen tekstil massal di negara lain, 3 desainer ini memilih melibatkan pengrajin lokal dalam membentuk koleksinya.
2 Mar 2017



Masa yang bergerak maju membuat peran tekstil produksi lokal banyak tergantikan. Tentu banyak faktor yang menjadi penyebab. Salah satunya boleh jadi kondisi masyarakat yang selama bertahun-tahun terlena akan gempuran agresif tekstil produksi mancanegara. Sebagian—baik pembeli akhir maupun produsen—mengadopsi tekstil barat dengan alasan material akhir yang terlihat lebih mewah dan sesuai selera internasional, sedang sebagian lainnya mempertimbangkan sisi ekonomis (variasi dengan harga murah) yang ditawarkan oleh produsen tekstil massal dari sejumlah negara Asia lain.
Lesunya industri dan kesan homogen yang menjemukan untungnya segera disadari oleh banyak pelaku mode tanah air yang akhirnya kembali ke akar mereka melalui bekerjasama dengan para perajin lokal. Deden Siswanto salah satunya, mengawali perjalanan ketika mendesain koleksi untuk peragaan busana Yayasan Batik Jawa Barat, di mana ia berkolaborasi dengan Batik Komar, perajin batik tulis asal Jawa Barat yang kerap mengeksplorasi motif batik Cirebon. Deden merasa tertantang untuk mendesain pakaian tanpa memotong atau merusak kain batik yang diberikan, dan sejak itu ia pun kerap terlibat kerjasama dengan para perajin lokal, salah satu yang membuatnya jatuh hati ialah kreasi perajin di Klungkung, Bali, yang menurutnya mampu mendukung warna dari koleksi Deden Siswanto.
Cerita lain datang dari desainer Ari Seputra, di luar label Major Minor, Ari sempat terlibat pula kerjasama dengan para perajin tenun. “Awalnya dari program Cita Tenun Indonesia yang memang kerap bermitra dengan desainer pakaian dan produk serta para ahli tekstil dan warna dari Institut Teknologi Bandung. Saya bersama tim berkesempatan membina kain tenun Lombok,” terang Ari. Menjelaskan tentang pentingnya deadline bagi desainer, Ari Saputra mengapresiasi para perajin di desa Ungga, Lombok Tengah, “Pengrajinnya memiliki semangat untuk belajar dan profesional dalam bekerja, ini sangat penting bagi desainer yang selalu memiliki deadline.”
Pendekatan lain dilakukan oleh desainer muda dari label fbudi, Felicia Budi. Ia memilih untuk mengesplorasi kecocokan visi sebelum memutuskan untuk bekerjasama. “Salah satu perajin yang pernah bekerjasama dengan saya adalah NA’NI House. NA’NI House mempunyai misi untuk melestarikan budaya tradisional di kabupaten Sikka, Flores, lewat kreasi budaya tenun ikat yang berkelanjutan dengan memanfaatkan kearifan lokal di bidang pertanian dan menciptakan keseimbangan alam, membangun kreativitas baik bersifat individu maupun masyarakat, mengembangkan ekonomi kerakyatan, dan memberikan sarana pemberdayaan individu,” jelas Felicia mengenai kolaborasinya pada koleksi bertajuk Tanah Air tersebut. Dalam proses pendekatan, komunikasi kekeluargaan dilakukan Felicia, “Kami menginap di rumah dan makan bersama layaknya anggota keluarga. Ngobrol dan cerita.”  (RW & JAR) Foto: Dok. Ari Seputra, dewi, fbudi, Indonesia Fashion Forward, Major Minor, TOTON, Tropenmuseum, Wikimedia Commons
 
 

 

Author

DEWI INDONESIA