- Anak Seribu Pulau jadi awal kolaborasi dua alumni Institut Kesenian Jakarta yang tak sempat bertemu di kampus ini. Mira Lesmana lulus tahun 1988, tepat ketika Riri Riza masuk sebagai mahasiswa baru dan memulai studi di kampus yang berada di Cikini itu.
- Tapi tidak semua film mereka mencapai box office seperti Sherina, AADC atau Laskar Pelangi. Beberapa film yang mereka duga bakal laris, ternyata tidak mendapat sambutan terlalu baik, misalnya saja, Eliana Eliana atau Garasi. “Saat-saat sebelum film ditayangkan adalah momen paling mendebarkan untuk kami. Salah prediksi bisa saja terjadi dan di saat seperti itulah keberadaan partner kerja yang juga sahabat baik sangat dibutuhkan,” kata Mira.
- Keteguhan Mira menghadapi segala kondisi dalam dunia perfilman menurut Riri adalah satu hal yang membuatnya kagum pada partnernya itu. “Saat (film) nggak berhasil itu berat sekali buat seorang produser. Dan, melihat bagaimana Mira mempertanggungjawabkannya di hadapan investor, selalu membuat saya haru,” kata Riri. Mira, menurutnya bukan hanya mempertahankan film tersebut, tapi juga seluruh tim yang terlibat.
- Ketika pada 2006 Mira Lesmana ini mengundurkan diri dari film karena merasa menemui jalan buntu di dunia film dan apa yang saya upayakan terlihat tak akan membawa peubahan apa-apa, Riri adalah orang yang berdiri paling depan menyemangatinya. Riri hanya mendengarkan keluh kesah saya tanpa bicara, lalu, dia hanya menanggapi saya dengan sebuah pesan di handphone, “You’re not a quitter. I don’t know you as a quitter. Yang masih bisa kita kerjakan itu banyak sekali.”Kalimat singkat itu bisa mengembalikan semangatsaya,” kata Mira.
- Kerjasama mereka tentu saja juga mengalami pasang surut. “Nggak mungkin bertahan 20 tahun kalau nggak ada keributan. Tapi bagi saya, sejauh tujuan kami masih sama, kami masih bisa jalan bersama,” kata Mira. Hal paling penting menurut keduanya adalah keinginan untuk berdiskusi. “Sedang sepanas apa pun keadaan, selama saya masih bisa berdiskusi soal proyek kami dengan Riri, itu artinya aman.
- Minum kopi dan main kartu adalah dua dari beberapa cara lain mereka membuat ruang katarsis manakala suasana sedang tidak bersahabat. Hal lainnya adalah, selalu membangun suasana liburan ketika bekerja di luar kota.
- Pasar adalah tempat favorit yang pasti mereka kunjungi ke kota mana pun mereka singgah.
Teks: ISA
Foto: Hakim Satriyo
Author
DEWI INDONESIA
FOOD & TRAVEL
CASA CUOMO, Simfoni Kuliner Italia di Jakarta