Menjadi seorang seniman, pelukis sebagai salah satu contohnya, menciptakan karya bukanlah satu-satunya hal yang diinginkan. Mengadakan pameran agar hasil goresannya dapat dinikmati orang banyak pasti menjadi salah satu impian. Sayangnya, pandemi sempat tidak mengizinkan hal tersebut terjadi, khususnya di Bali. Beberapa galeri seni mau tidak mau sepi dari kegiatan pameran dan para pelukis pun tidak dapat berbagi karyanya dengan publik.
Namun, keinginan besar Koman Suteja dan Mansri Trisniawati untuk kembali menghidupkan galeri seni dan para seniman Bali begitu besar. Keduanya memang dikenal sebagai pasangan pencinta seni, yang mendirikan Komaneka Fine Art Gallery pada tahun 1998 di Komaneka Resorts Monkey Forest, Ubud, Bali.
Saat pada akhirnya galeri seni di Bali sudah dapat kembali beroperasi, keduanya pun mencetuskan ide sebuah program bernama “Living in Gallery”. Ini adalah program di mana 12 pelukis Bali ditantang membuat karya sebanyak mungkin selama 24 jam (yang bisa terbagi ke dalam beberapa hari) dan dikerjakan di dalam Komaneka Fine Art Gallery. Selama satu tahun ke depan, sejak Juli 2021-Juni 2022, ada 12 pelukis Bali yang secara bergantian melakukan tantangan ini dan memamerkan karya mereka selama satu bulan di galeri tersebut. Karena mengharuskan para seniman untuk ‘tinggal’ di dalam galeri tersebut, mereka bahkan bebas jika ingin sambil memutar musik.
Sebelumnya, sudah ada lima pelukis yang mengikuti program ini, yaitu I Wayan Sudarna Putra Nano (Juli 2021), I Wayan Sujana Suklu (Agustus 2021), I Nyoman Sujana Kenyem (September 2021), I Putu Sudiana Bonuz (Oktober 2021), dan I Made Mahendra Mangku (November 2021). Untuk bulan Desember ini, giliran I Made Arya Palguna yang berkesempatan menunjukkan hasil karya yang dibuatnya selama 24 jam di Komaneka Fine Art Gallery.
Untuk enam bulan ke depan di tahun 2022, sudah menunggu pelukis Bali lainnya, yaitu I Wayan Januriawan Donal, I Nengah Sujena, I Wayan Suja, I Ketut Suwidiarta, I Wayan Sadu, dan I Made Sumadiyasa.
Kesemua pelukis yang dilibatkan pun memiliki gaya berkarya yang berbeda. Semua media yang digunakan juga dibebaskan. I Made Arya Palguna, yang bulan ini sedang mendapat giliran mengadakan pameran, bahkan menggunakan karung sebagai media melukis di salah satu karyanya.
Tantangan yang diberikan ini diakui para seniman menjadi sebuah dorongan kuat untuk berkarya dengan cara berbeda. Mereka juga melakukannya dengan semangat karena kesempatan ini mereka jadikan sebagai penyaluran ide dan kreativitas yang sempat tertunda selama masa pandemi.
Setiap sesi pembuatan karya yang dilakukan oleh para pelukis selalu direkam dan disiarkan secara live di media sosial.
Jika pada bulan Desember atau enam bulan ke depan Anda memiliki rencana untuk mengunjungi Bali, jangan lupa nikmati hasil karya para pelukis Bali ini di Komaneka Fine Art Gallery yang berada di Jl. Monkey Forest Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. (RJ) Foto: Dewi, Komaneka Fine Art Gallery.
Namun, keinginan besar Koman Suteja dan Mansri Trisniawati untuk kembali menghidupkan galeri seni dan para seniman Bali begitu besar. Keduanya memang dikenal sebagai pasangan pencinta seni, yang mendirikan Komaneka Fine Art Gallery pada tahun 1998 di Komaneka Resorts Monkey Forest, Ubud, Bali.
Saat pada akhirnya galeri seni di Bali sudah dapat kembali beroperasi, keduanya pun mencetuskan ide sebuah program bernama “Living in Gallery”. Ini adalah program di mana 12 pelukis Bali ditantang membuat karya sebanyak mungkin selama 24 jam (yang bisa terbagi ke dalam beberapa hari) dan dikerjakan di dalam Komaneka Fine Art Gallery. Selama satu tahun ke depan, sejak Juli 2021-Juni 2022, ada 12 pelukis Bali yang secara bergantian melakukan tantangan ini dan memamerkan karya mereka selama satu bulan di galeri tersebut. Karena mengharuskan para seniman untuk ‘tinggal’ di dalam galeri tersebut, mereka bahkan bebas jika ingin sambil memutar musik.
Sebelumnya, sudah ada lima pelukis yang mengikuti program ini, yaitu I Wayan Sudarna Putra Nano (Juli 2021), I Wayan Sujana Suklu (Agustus 2021), I Nyoman Sujana Kenyem (September 2021), I Putu Sudiana Bonuz (Oktober 2021), dan I Made Mahendra Mangku (November 2021). Untuk bulan Desember ini, giliran I Made Arya Palguna yang berkesempatan menunjukkan hasil karya yang dibuatnya selama 24 jam di Komaneka Fine Art Gallery.
Untuk enam bulan ke depan di tahun 2022, sudah menunggu pelukis Bali lainnya, yaitu I Wayan Januriawan Donal, I Nengah Sujena, I Wayan Suja, I Ketut Suwidiarta, I Wayan Sadu, dan I Made Sumadiyasa.
Kesemua pelukis yang dilibatkan pun memiliki gaya berkarya yang berbeda. Semua media yang digunakan juga dibebaskan. I Made Arya Palguna, yang bulan ini sedang mendapat giliran mengadakan pameran, bahkan menggunakan karung sebagai media melukis di salah satu karyanya.
Tantangan yang diberikan ini diakui para seniman menjadi sebuah dorongan kuat untuk berkarya dengan cara berbeda. Mereka juga melakukannya dengan semangat karena kesempatan ini mereka jadikan sebagai penyaluran ide dan kreativitas yang sempat tertunda selama masa pandemi.
Setiap sesi pembuatan karya yang dilakukan oleh para pelukis selalu direkam dan disiarkan secara live di media sosial.
Jika pada bulan Desember atau enam bulan ke depan Anda memiliki rencana untuk mengunjungi Bali, jangan lupa nikmati hasil karya para pelukis Bali ini di Komaneka Fine Art Gallery yang berada di Jl. Monkey Forest Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. (RJ) Foto: Dewi, Komaneka Fine Art Gallery.