Batas antara realitas fisik dan virtual yang semakin lebur di era digital menarik minat kolektif seni Tromarama untuk menuangkan gagasan mereka dalam bentuk karya seni. Kelompok seniman alumni ITB yang terdiri dari Febie Babyrose, Herbert Hans,dan Ruddy Hatumena ini menyoroti soal waktu kerja dan waktu senggang semakin tumpang tindih, dalam pameran tunggal mereka di Galeri ROH yang bertajuk “PERSONALIA.”
Leisure vs Labor
Istilah personalia sendiri biasanya digunakan untuk mengacu pada manajemen sumber daya manusia dalam suatu organisasi, terutama perusahaan. Menurut Febie, sebagai pengguna media sosial kita cenderung melihat aktivitas di ruang-ruang virtual itu sebagai sesuatu yang sifatnya leisure, bukan sebuah ketenagakerjaan.
“Padahal data-data kita, kebiasaan-kebiasaan kita di ruang virtual itu diambil, direkayasa, dan dimanfaatkan seperti halnya mengorganisasi kerja (labor) atau sekumpulan pekerja,” jelas Febie.
Data-data kita di ruang virtual pula yang akhirnya menjadi algoritma, yang tanpa sadar memengaruhi kesadaran dan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan. Bagi Tromarama, kecakapan menimbang akibat dari tiap keputusan ini menjadi titik eksplorasi lain yang penting dalam pameran “PERSONALIA” ini.
Perpanjangan tubuh fisik manusia
Melalui instalasi bertajuk “Bonding” (2022) Febie juga bercerita tentang pengalaman personal menjadi seorang ibu, sekaligus menunjukkan keterkaitannya para tema personalia. Karya ini dibangun menyerupai postur manusia dari tumpukan pengeras suara, yang diprogram untuk mengeluarkan bunyi detak jantung janin.
Menariknya, irama pada elemen bunyi instalasi ini diatur dan terkoneksi langsung dengan siaran media sosial Twitter. Cuitan-cuitan para pengguna Twitter yang mamakai tagar “#asset” akan ditangkap dan disusun oleh software yang digunakan dalam instalasi ini, untuk kemudian diterjemahkan menjadi bunyi-bunyian detak jantung janin melalui binary synth yang juga disematkan di karya ini.
“Karya ini menggambarkan kekerabatan kita dengan internet. Manusia lahir, lalu menjadi ‘aset’ untuk online platform,” jelas Febie lagi.
“Teknologi juga akhirnya menjadi perpanjangan tubuh manusia. Kami (Tromarama) lahir di generasi peralihan, saat internet belum semasif sekarang. Jadi ‘bonding’ kami dengan media yang baru ini tidak seketika seperti pada generasi yang lahir belakangan ini,” sambungnya.
Gagasan personalia dalam karya lain
Selain “Bonding,” gambar hasil pindaian jempol manusia—yang mengingatkan pada mesin absensi—memenuhi seluruh dinding Galeri Apple di ROH. Pindaian jempol ini melatari karya patung, instalasi benda temuan, dan karya cetak lentikular baru.
Di ruang pameran lainnya, ada pula tampilan video animasi dan konfigurasi kartu absensi. Perpaduan karya-karya pada ruang ini memperkenalkan pengalaman audiovisual yang segar pada pengunjung sebelum mereka kemudian diajak menyeberangi tirai plastik yang membatasi jalur masuk Galeri Orange, lokasi bagian kedua dari pameran.
Memasuki Galeri Orange di bagian belakang ROH, instalasi "Patgulipat" (2022) menjejali ruang vertikal galeri, berupa istana balon tiup yang digantung terbalik, dengan enam belas helm proyek yang masing-masing telah disisipkan pengeras suara. Suasana riuh bak berada di sebuah pabrik yang kemudian tercipta pada karya ini juga dimotori oleh sistem pemrograman serupa dengan yang terdapat pada instalasi “Bonding.”
Pameran “PERSONALIA” dari Tromarama ini hadir di Galeri ROH dan terbuka untuk kunjungan umum selama periode 20 Agustus hingga 2 Oktober 2022.
MARDYANA ULVA
Foto: ROH, dok. DEWI