Di sebuah sudut Jakarta, tepatnya di .TEMU Café SCBD, kedai kopi itu berubah menjadi panggung seni yang memukau. Bukan sembarang malam, melainkan sebuah malam yang penuh makna, emosi, dan seni. Jessica Soekidi—seniman dan arsitek yang mewakili SAL Project—mempersembahkan seni performans yang ia beri nama UNSPOKEN. Karya ini bukan sekadar pertunjukan seni biasa; ini adalah perjalanan emosional, sebuah ruang di mana perasaan tak terucapkan menemukan suaranya, bergerak dalam tarian yang menghanyutkan dan ritme yang memikat.
Kisah UNSPOKEN adalah lanjutan dari seri karya seni "Growing: The Unseen Process", di mana Jessica membahas tentang pertumbuhan diri dengan menggunakan analogi pertumbuhan benih dan pembentukan tanah. Dalam Growing, dia menegaskan bahwa setiap makhluk hidup, termasuk manusia, adalah benih yang memiliki potensi luar biasa jika ditanam dalam lingkungan yang tepat. “Kita adalah benih,” ucap Jessica dalam sebuah wawancara, mengingatkan kita bahwa dengan medium yang tepat, kita dapat tumbuh menjadi versi terbaik diri kita, seperti halnya desain seorang arsitek yang dibentuk oleh fungsi dan cita-cita.
Menjelajahi Musim Emosi dalam UNSPOKEN
Ketika malam itu dimulai, suasana .TEMU Café berubah menjadi ladang emosi yang hidup. Para performer mulai bergerak, menyusun cerita tanpa kata-kata, namun dengan ekspresi dan gerakan yang memikat. UNSPOKEN membawa kita ke dalam musim pertumbuhan yang penuh gejolak emosi—musim menunggu. Ini adalah musim di mana setiap individu mengalami konflik batin, merasakan lonjakan emosi yang tak terduga, kadang merasa tenang, namun tak damai, atau diam, namun bergemuruh. Seolah Jessica ingin mengingatkan kita semua bahwa di dalam tubuh manusia, ada lebih dari sekadar jiwa—ada perasaan yang sering bertentangan dengan logika.
Dalam performans ini, Jessica menggunakan enam babak untuk menggambarkan dinamika emosi tersebut. Setiap babak memiliki tema unik, mulai dari 'one self' hingga 'something is breaking to build a solid ground'. Di setiap babak, dua performer di atas panggung memainkan peran emosi yang saling bertentangan, seorang perempuan dan seorang laki-laki, simbol dari energi maskulin dan feminin yang ada dalam diri setiap individu. Dengan latar suara dan musik yang mengiringi, penonton diajak masuk ke dalam pusaran perasaan yang dalam, merasakan gejolak yang sama dengan sang performer.
Merajut Koneksi di UNSPOKEN ESSENTIAL
Seminggu setelah malam emosional itu, Jessica mengajak penikmat seni untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam dunia UNSPOKEN melalui acara makan malam yang disebut UNSPOKEN ESSENTIAL di Mister Sunday. Di sini, seni bertemu dengan cita rasa, di mana seni performans berbaur dengan makanan penutup yang dirangkai dengan tangan, menciptakan pengalaman yang tidak hanya memanjakan indera namun juga menenangkan jiwa. Bekerja sama dengan TEKA Parquet, acara ini dirancang sebagai lokakarya mini untuk para arsitek, desainer, dan fotografer, merajut hubungan antara manusia dan alam melalui seni.
Menghidupkan Visi Melalui Kolaborasi
Kerjasama ini tidak terjadi begitu saja. Ini adalah hasil dari semangat yang sama antara Jessica Soekidi dan Endang Sri Wahyuni, pemilik Pelant Nursery, yang sejak 2023 telah terinspirasi oleh proses pertumbuhan tanaman yang lambat namun penuh makna. Bagi mereka, prinsip slow living adalah bagian dari conscious living—kesadaran bahwa pertumbuhan membutuhkan waktu dan kesabaran, bahwa istirahat adalah bagian penting dari kehidupan yang sehat. Pengalaman mereka ini tertuang dalam seni performans, di mana emosi dan jiwa bersatu dalam satu keselarasan.
Melalui UNSPOKEN dan UNSPOKEN ESSENTIAL, Jessica mengajak kita semua untuk menemukan ruang aman untuk berekspresi, menghargai perasaan, dan mengenal diri. Seperti benih yang tumbuh di tanah yang subur, manusia pun akan tumbuh lebih baik dalam lingkungan yang mendukung. Dan pada akhirnya, seni ini bukan hanya tentang pertumbuhan pribadi, tetapi juga tentang membangun apresiasi terhadap seni, arsitektur, dan pentingnya hidup selaras dengan alam.
Firyal Shabirah
Foto: Dok. Istimewa