Berkunjung ke Rumah dan Butik Lulu Lutfi Labibi di Yogyakarta
Melihat kediaman lulu lutfi labibi, desainer DFK tahun ini, lebih dekat.
23 Oct 2015


1 / 7
Di ketenangan Kampung Pekaten yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari Pasar Kotagede, salah satu desainer DFK tahun ini, Lulu Lutfi Labibi membangun rumah yang berdampingan dengan butik untuk koleksi busana rancangannya “Begitu lihat rumah ini, hati saya langsung bilang, “ini dia!” dan semuanya seperti dilancarkan sampai saya dan Hami, adik saya pindah ke sini,” Lulu berkisah. Letaknya berada dekat dengan Dalem Sopingan, pendapa kuno dengan sosok bangunan arsitekturnya yang khas tradisional Kotagede.
Ruang-ruang di rumah Lulu tak berukuran terlalu besar. Pintu berukuran rendah merupakan tradisi rumah tradisional Jawa, yang ‘memaksa’ orang yang melintasinya merunduk dan menjadi analogi sikap bersahaja dan anjuran untuk tidak jumawa. Sejurus pintu itu, terdapat sebuah kolam teratai yang di ujungnya terdapat pancuran dari bejana batu, menjadi ruang antara yang memisahkan ruang kaca berbentuk persegi panjang untuk butik dengan pelataran terbuka dan ruangan galeri yang ia beri nama Jantung Hati. Untuk galeri itu, Lulu mengawinkan dinding batu dari reruntuhan rumah yang sengaja tidak ia robohkan dengan kayu-kayu kokoh bekas kandang sapi yang ia temukan di sebuah desa di Yogyakarta. Lulu juga tak membongkar sumur yang ada di ruangan itu. Ia menambahkan susunan batu gamping di tubir sumur, memberi kaca di atasnya dan menyulapnya jadi meja permanen untuk kursi besi warna-warni yang ia cat sendiri.
Melihat bagaimana antusiasme Lulu tiap kali membicarakan Yogyakarta, rumahnya dan butiknya yang asri di Kampung Pekaten, kita akan segera tahu bahwa ia tak hanya berjodoh dengan rumah itu, melainkan dengan kota itu. Hidup seperti menggariskan mereka untuk saling mencinati dan menghidupi. (ISA) Foto: Kurniadi Widodo

 

Author

DEWI INDONESIA