VMID: Membangun Identitas Brand Melalui Visual Merchandising
Vany Setia Kinasih, pendiri VMID membagikan wawasan tentang Visual merchandising yang merupakan elemen kunci dalam membangun narasi fashion brand yang kuat
11 Dec 2024



Saat ini, semakin banyak brand lokal yang mulai memahami pentingnya narasi dalam membangun identitas mereka. Meski demikian, sering kali bisnis-bisnis mode lokal ini terlalu fokus pada produk tanpa memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan cerita di balik sebuah jenama. Hal ini disampaikan oleh Vany Setia Kinasih, pendiri VMID (Visual Merchandising Indonesia), di hari ketiga JFW Center Stage.
 
Dimoderatori oleh Dino Augusto, fashion scholar dari Lasalle College Fashion Business yang juga seorang digital personality, sesi talkshow ini membahas tentang peran penting visual dalam menyampaikan cerita dan pengalaman yang ingin dibagikan brand kepada konsumen. Mereka juga membagikan wawasan tentang cara-cara yang bisa dilakukan oleh jenama mode untuk menciptakan narasi yang kuat melalui konsep display

Membangun Narasi Visual

Sebuah brand idealnya tidak hanya fokus pada produk, tetapi juga pada cara yang perlu dilakukan untuk menyampaikan cerita di balik brand tersebut. Menurut Vanny, proses ini melibatkan pemilihan material yang tepat, penataan display yang menarik, serta penggunaan props yang sesuai dengan identitas brand.
 
“Untuk menarasikan cerita dari brand ini perlu jelas dulu core concept dari brand-nya dulu, karena originality itu akan memengaruhi overall look tokonya nanti. Nanti dari sana bisa ditentukan pemilihan material, gaya desain di toko, hingga tipe manekin yang digunakan itu seperti apa,” jelas Vanny.
 
Vany juga menjelaskan bahwa, sekitar 15 tahun lalu, visual merchandising di Indonesia sangat bergantung pada pedoman dari kantor pusat brand global. Para pelaku industri lokal harus mematuhi standar yang sudah ditetapkan tanpa banyak ruang untuk kreativitas. Namun satu dekade belakangan visual merchandiser (VM) dan visual designer di Indonesia diberi lebih banyak kebebasan untuk mengeksplorasi ide orisinal yang mampu memperkuat identitas brand mereka.
 
“Kalau mau pakai ide dari Pinterest pun nggak apa-apa, asal sudah tahu positioning brand-nya ada di mana. Kalau sustainable product, yang pasti nggak pakai gold mirror. Lalu soal mendesain logo-logo juga jangan sampai font sudah dipakai di brand apa, lalu kita pakai di brand kita” katanya lagi.
 
Vanny dan Dino juga mendorong pelaku bisnis dan VM untuk lebih kreatif dan membangun konsep yang orisinil untuk brand. Mereka percaya bahwa keselarasan ide dengan eksekusi konsep yang dibuat khusus itu pada akhirnya akan menarasikan eksklusivitas dengan sendirinya di mata konsumen.
 

Jenama dengan Ide Autentik

VMID merupakan agency yang fokus pada visual merchandising dengan layanan yang mencakup seluruh aspek bisnis retail, mulai dari desain hingga display. Sebagai pelaku utama dalam industri ini, VMID membantu brand-brand retail untuk memikirkan secara menyeluruh tentang bagaimana mereka ingin merepresentasikan diri mereka melalui toko fisik. VMID juga memastikan ide autentik dari sebuah jenama bisa diterjemahkan dengan apik dan selaras hingga ke display toko.
 
Menurut Vanny, beberapa contoh brand lokal yang berhasil membangun narasi yang kuat melalui visual merchandising adalah SukkhaCitta, Tulola, dan Masshiro&Co. Brand-brand ini tidak hanya menyuguhkan produk, tetapi juga menciptakan pengalaman yang mendalam bagi setiap pengunjung yang datang ke toko mereka.
 
“Saya suka sekali dengan toko SukkhaCitta di ASHTA.  Itu bercerita sekali dari awal tentang katun atau kapas, sehingga ketika membeli produknya, konsumen itu paham kenapa mereka membayar dengan harga sekian,” kata Vanny lagi.
 
Lebih lanjut, Vanny juga kagum dengan cara Tulola menghadirkan narasi khas mereka, baik di toko maupun konsep kampanye mereka. Selain itu, ada Masshiro&Co juga yang dinilainya telah berhasil menciptakan identitas merek yang kuat dengan fokus pada kesederhanaan dan kualitas.
 
Berkaca dari pengalaman Vanny menangani berbagai brand, ia menyebut bahwa salah satu ciri khas brand yang sukses adalah visual merchandising yang matang. Proses membangun sebuah brand tidak bisa terburu-buru. Sebagai VM, visinya adalah membangun sebuah toko dengan konsep inti yang nantinya akan disalin ke banyak toko cabang. Proses membangun brand itu panjang dan kompleks. Selain mendesain toko yang menarik, kita juga perlu memikirkan tema-tema yang akan diusung sepanjang tahun, dari yang sehari-hari hingga yang spesial. Dengan kata lain, membangun brand itu seperti menyusun sebuah cerita yang berkelanjutan
 
“Kalau narasinya diterjemahkan dengan baik, konsumen jadi paham, ‘kalau saya pake baju seperti ini, perhiasan ini, ya di brand ini aja,’ karena narasinya sudah menanda,” pungkas Vanny.
 
Teks: Riza Arya (FLUI Media)
Editor: Mardyana Ulva
Foto: dok. Jakarta Fashion Week

 

 


Topic

fashion

Author

DEWI INDONESIA