Seminggu sudah Jakarta Fashion Week 2014 berlalu hingga tiba penghujung malam yang begitu dinanti, Dewi Fashion Knights (DFK). Berlangsung Jumat (25/10) lalu, DFK bukan hanya menjadi perayaan talenta mode lokal yang membuktikan eksistensinya, namun juga menjadi ajang yang ditunggu-tunggu oleh para pecinta mode. Kali ini, Oscar Lawalata, Bai Soemarlono, Toton Januar, Priyo Oktaviano, dan Tex Saverio menerjemahkan makna 'dewi' dalam garis rancang koleksi mereka masing-masing.
Tale of The Goddess menjadi benang merah persona desain yang akan ditampilkan. Menghantarkan kejutan dari 5 ksatria mode ini, Optik Seis membuka helatan dengan menampilkan kilasan 5 tampilan dari para desainer yang dipadankan dengan kacamata lini terbaru keluaran Dolce & Gabbana dan Prada. Oscar Lawalata kemudian mengawali parade mode dengan koleksi bertema "My Name is Andromeda". Palet hitam mendominasi, dengan busana berdetail cut-out dan draperi. Sementara kejutan penuh warna kemudian dihadirkan Oscar melalui busana tenunan serat wol dengan siluet longgar berupa atasan, celana, hingga rok midi berpotongan A-line dengan teknik moulage dan patchwork. Bai, desainer Populo Batik menyuguhkan napas modern pada lini busananya dengan motif geometri dan garis. Permainan motifnya cantik, tertera pada dress lipit hingga jumpsuit. Motif serupa pun Ia hadirkan lewat kreasinya pada koleksi busana pria berupa setelan kemeja, jumper, tas hingga sepatu. Ari Wibowo dan Rio Dewanto pun didaulat untuk memeragakannya.
Lain halnya dengan Toton Januar. Dasar inspirasinya ia rekam dari keindahan bawah laut Nusantara, hingga mampu menghadirkan deret busana dengan tema "The Sulthan and The Mermaid Queen: Abyss". Detail busananya terletak pada permainan payet dan bordir yang meramaikan palet putih, biru hingga hijau kebiruan. Kemeriahan selanjutnya didendangkan oleh Priyo Oktaviano. Tabuhan perkusi mantap membuka parade koleksinya yang bertema "Galore". Kain tenun Tapis Lampung berhias emas dengan semburat merah dan hitam Ia kemas dalam balutan busana perempuan Indonesia yang berkarakter tegas dan elegan. Sementara, Tex Saverio didaulat sebagai suguhan penutup malam. Berbeda dengan koleksi ready-to-wear yang dimunculkannya di hari pertama gelaran Jakarta Fashion Week 2014, Tex menggaungkan tema "Exoskeleton" di koleksi haute couture-nya ini. Lima koleksi disuguhkan dengan teknik rumit berupa teknik 3D-printing dengan konstruksi yang membuatnya tetap nyaman dipakai. Padanan warna metalik dan hitam membalut koleksi gaun panjang yang dikeluarkannya, bertahtakan ornamen dan aksesori bernapas futuristik. Di penghujung malam, kelimanya kemudian muncul dari balik panggung, menyaksikan besarnya animo dan apresiasi pecinta mode terhadap karya yang mereka suguhkan. Seiring berakhirnya DFK, maka berakhir pula helatan Jakarta Fashion Week 2014, yang tak hanya mampu disaksikan, melainkan pula dikagumi dan akan terus dikenang. (AP) Foto: Jakarta Fashion Week
Tale of The Goddess menjadi benang merah persona desain yang akan ditampilkan. Menghantarkan kejutan dari 5 ksatria mode ini, Optik Seis membuka helatan dengan menampilkan kilasan 5 tampilan dari para desainer yang dipadankan dengan kacamata lini terbaru keluaran Dolce & Gabbana dan Prada. Oscar Lawalata kemudian mengawali parade mode dengan koleksi bertema "My Name is Andromeda". Palet hitam mendominasi, dengan busana berdetail cut-out dan draperi. Sementara kejutan penuh warna kemudian dihadirkan Oscar melalui busana tenunan serat wol dengan siluet longgar berupa atasan, celana, hingga rok midi berpotongan A-line dengan teknik moulage dan patchwork. Bai, desainer Populo Batik menyuguhkan napas modern pada lini busananya dengan motif geometri dan garis. Permainan motifnya cantik, tertera pada dress lipit hingga jumpsuit. Motif serupa pun Ia hadirkan lewat kreasinya pada koleksi busana pria berupa setelan kemeja, jumper, tas hingga sepatu. Ari Wibowo dan Rio Dewanto pun didaulat untuk memeragakannya.
Lain halnya dengan Toton Januar. Dasar inspirasinya ia rekam dari keindahan bawah laut Nusantara, hingga mampu menghadirkan deret busana dengan tema "The Sulthan and The Mermaid Queen: Abyss". Detail busananya terletak pada permainan payet dan bordir yang meramaikan palet putih, biru hingga hijau kebiruan. Kemeriahan selanjutnya didendangkan oleh Priyo Oktaviano. Tabuhan perkusi mantap membuka parade koleksinya yang bertema "Galore". Kain tenun Tapis Lampung berhias emas dengan semburat merah dan hitam Ia kemas dalam balutan busana perempuan Indonesia yang berkarakter tegas dan elegan. Sementara, Tex Saverio didaulat sebagai suguhan penutup malam. Berbeda dengan koleksi ready-to-wear yang dimunculkannya di hari pertama gelaran Jakarta Fashion Week 2014, Tex menggaungkan tema "Exoskeleton" di koleksi haute couture-nya ini. Lima koleksi disuguhkan dengan teknik rumit berupa teknik 3D-printing dengan konstruksi yang membuatnya tetap nyaman dipakai. Padanan warna metalik dan hitam membalut koleksi gaun panjang yang dikeluarkannya, bertahtakan ornamen dan aksesori bernapas futuristik. Di penghujung malam, kelimanya kemudian muncul dari balik panggung, menyaksikan besarnya animo dan apresiasi pecinta mode terhadap karya yang mereka suguhkan. Seiring berakhirnya DFK, maka berakhir pula helatan Jakarta Fashion Week 2014, yang tak hanya mampu disaksikan, melainkan pula dikagumi dan akan terus dikenang. (AP) Foto: Jakarta Fashion Week