Pada giliran ketiga, Kiata Kwanda mempersembahkan Pure Line. Di atas panggung seluruh modelnya berjalan perlahan dalam balutan gaun hitam panjang dari sutera lembut. Tidak ada kemeriahan. Bagi Kiata, estetika keindahan selalu ditebarkan lewat unsur simplisitas, kemurnian, dan harmoni dengan pola longgar dan pantang simetri, tanpa tempelan ornamen.
Ia tidak banyak memberi perhatian pada bagian depan gaun. Hanya bidang polos, seolah sunyi. Tapi sebagai ksatria aliran simplisitas, ia fasih betul cara memberi nyawa pada kemurnian itu. Saat para model membalikkan tubuh, di momen itulah koleksi menggetarkan emosi penikmat lewat detail pola menarik yang ia jelajahi di bagian punggung, seperti draperi yang menjuntai jauh. Semua dihadirkan halus dan hening. Kalau pun ada corak merah dan putih melapisi detail di belakang gaun, itu hanya sebuah percikan. Sifatnya menjeda pandang dari monokromatisasi hitam yang seperti biasanya diutamakan sebagai skema warna. Esensi kemurnian dipancarkan lewat polesan polos seolah tanpa riasan dengan alis tipis yang dinaikkan jauh di atas kelopak mata. Rambut pun sekedar digelung alami. Tak ada perhiasan. Cukup sepatu bertali lebar sebagai penanda kesederhanaan. Tali tebal yang melintas bahu dan punggung muncul sebagai aksen artistis. Kesunyian rancangan bergaris polos dipecah juntaian draperi. Juga kain berpola segitiga putih yang terayun lepas di bagian punggung.
Ia tidak banyak memberi perhatian pada bagian depan gaun. Hanya bidang polos, seolah sunyi. Tapi sebagai ksatria aliran simplisitas, ia fasih betul cara memberi nyawa pada kemurnian itu. Saat para model membalikkan tubuh, di momen itulah koleksi menggetarkan emosi penikmat lewat detail pola menarik yang ia jelajahi di bagian punggung, seperti draperi yang menjuntai jauh. Semua dihadirkan halus dan hening. Kalau pun ada corak merah dan putih melapisi detail di belakang gaun, itu hanya sebuah percikan. Sifatnya menjeda pandang dari monokromatisasi hitam yang seperti biasanya diutamakan sebagai skema warna. Esensi kemurnian dipancarkan lewat polesan polos seolah tanpa riasan dengan alis tipis yang dinaikkan jauh di atas kelopak mata. Rambut pun sekedar digelung alami. Tak ada perhiasan. Cukup sepatu bertali lebar sebagai penanda kesederhanaan. Tali tebal yang melintas bahu dan punggung muncul sebagai aksen artistis. Kesunyian rancangan bergaris polos dipecah juntaian draperi. Juga kain berpola segitiga putih yang terayun lepas di bagian punggung.
Author
DEWI INDONESIA
RUNWAY REPORT
Mengkaji Kejayaan Sriwijaya Bersama PT Pupuk Indonesia