Profile
Wanita bernama lengkap Josephine Werratie Komara atau lebih dikenal sebagai Obin, memulai hobinya mengkoleksi kain-kain vintage dari seluruh Indonesia sejak tahun 1970-an. Pencarian Obin untuk menemukan helaian kain antik untuk koleksinya, menyadarkan Obin bahwa kekayaan warisan Indonesia dalam bidang tenun dan proses pencelupan tradisional semakin tenggelam ditengah-tengah maraknya produksi skala besar yang menggunakan mesin.
Walaupun sebenarnya beberapa pengrajin senior pakaian tradisonal masih ada dan berjuang untuk tetap mempertahanan tradisi, namun sayangnya sebagian menyerah atau sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan pekerjaan karena usia yang lanjut. Tapi Obin tidak tinggal diam dan meratapi pudarnya seni berharga Indonesia itu. Dengan hanya beberapa pemintal dan penenun saja, Obin dan timnya mulai merancang dan membuat pakaian di akhir tahun 70an.
Dan pada tahun 1986, BIN house membuka toko pertamanya di Jakarta, yang tidak lama kemudian diikuti oleh pameran-pameran di Jepang dan tentu saja Indonesia. Tahun berikutnya, BIN house mengikuti International Textile Design Contest yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, dan memenangkan juara pertama dari karyanya yaitu ikat piece yang sepenuhnya ditenun menggunakan tangan. Saat ini, pembuatan batik adalah fokus utama dari BIN house, dengan Obin yang tidak pernah berhenti untuk melanjutkan pencarian dan eksperimennya dalam pembuatan batik.
Sebagai "Tukan Kain", Obin senantiasa melakukan terobosan-terobosan dalam karyanya. Mulai dari ikat tenunan tangan, hingga tenunan yang menggunakan berbagai jenis serat seperti sutera dan katun, dari yang tebal tingga yang sangat halus. Kreasi busana-busana BINhouse dikerjakan dengan penuh kontemplasi, dan teknik-teknik ketrampilan kriya yang tinggi. Setiap busana membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya.
Persembahan koleksi di JFW 2023, berjudul "Lambaian Kain" yang menampilkan desain busana yang mengikuti struktur tekstur bahan. Ada beberapa item yang menggunakan tenun lurik sutra yang dihidupkan kembali oleh BINhouse. Koleksi kain yang dipersembahkan kali ini, menghidupkan kembali pakem-pakem batik tradisional dengan terobosan baru
Walaupun sebenarnya beberapa pengrajin senior pakaian tradisonal masih ada dan berjuang untuk tetap mempertahanan tradisi, namun sayangnya sebagian menyerah atau sudah tidak mampu lagi untuk melanjutkan pekerjaan karena usia yang lanjut. Tapi Obin tidak tinggal diam dan meratapi pudarnya seni berharga Indonesia itu. Dengan hanya beberapa pemintal dan penenun saja, Obin dan timnya mulai merancang dan membuat pakaian di akhir tahun 70an.
Dan pada tahun 1986, BIN house membuka toko pertamanya di Jakarta, yang tidak lama kemudian diikuti oleh pameran-pameran di Jepang dan tentu saja Indonesia. Tahun berikutnya, BIN house mengikuti International Textile Design Contest yang diselenggarakan di Tokyo, Jepang, dan memenangkan juara pertama dari karyanya yaitu ikat piece yang sepenuhnya ditenun menggunakan tangan. Saat ini, pembuatan batik adalah fokus utama dari BIN house, dengan Obin yang tidak pernah berhenti untuk melanjutkan pencarian dan eksperimennya dalam pembuatan batik.
Sebagai "Tukan Kain", Obin senantiasa melakukan terobosan-terobosan dalam karyanya. Mulai dari ikat tenunan tangan, hingga tenunan yang menggunakan berbagai jenis serat seperti sutera dan katun, dari yang tebal tingga yang sangat halus. Kreasi busana-busana BINhouse dikerjakan dengan penuh kontemplasi, dan teknik-teknik ketrampilan kriya yang tinggi. Setiap busana membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pengerjaannya.
Persembahan koleksi di JFW 2023, berjudul "Lambaian Kain" yang menampilkan desain busana yang mengikuti struktur tekstur bahan. Ada beberapa item yang menggunakan tenun lurik sutra yang dihidupkan kembali oleh BINhouse. Koleksi kain yang dipersembahkan kali ini, menghidupkan kembali pakem-pakem batik tradisional dengan terobosan baru
Brand
BINhouse Indonesian Creation terkenal karena menciptakan kain yang cantik dan unik yang terinspirasi oleh warisan kain Indonesia, khususnya batik. Membatik adalah proses peneraan malam di kain tradisional dan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
Didirikan pada 1986 oleh Josephine Komara atau yang lebih dikenal sebagai Obin, BINhouse bermula dari sebuah paviliun kecil yang menawarkan kain tenun tangan untuk keperluan busana dan interior. Kecintaan dan passion Obin terhadap batik, yang berasal dari kenangan masa kecilnya saat melihat ibu dan teman-teman perempuannya mengenakan kebaya yang cantik, dibuat bergaya, dan dibalut batik, mengarah kepada penciptaan sesuatu yang baru. Pada saat batik banyak dibuat pada sutera dan katun yang diperoleh dari luar negeri, Obin berkeinginan membatik pada kain yang lebih halus, yang membawanya untuk memproduksi sutera tenun tangan lokal.
Terlibat sejak proses paling awal, dari pemilihan benang, proses pemintalan dan penenunan, dilanjutkan dengan proses membatik yang cermat dan teliti, hingga tahap pewarnaan, kain yang dihasilkan benar-benar merupakan hasil kerja keras dan cinta dari begitu banyak tangan pengrajin Indonesia yang berdedikasi dan terampil; sehingga menjadi simbol sejati budaya dan warisan Indonesia.
Didirikan pada 1986 oleh Josephine Komara atau yang lebih dikenal sebagai Obin, BINhouse bermula dari sebuah paviliun kecil yang menawarkan kain tenun tangan untuk keperluan busana dan interior. Kecintaan dan passion Obin terhadap batik, yang berasal dari kenangan masa kecilnya saat melihat ibu dan teman-teman perempuannya mengenakan kebaya yang cantik, dibuat bergaya, dan dibalut batik, mengarah kepada penciptaan sesuatu yang baru. Pada saat batik banyak dibuat pada sutera dan katun yang diperoleh dari luar negeri, Obin berkeinginan membatik pada kain yang lebih halus, yang membawanya untuk memproduksi sutera tenun tangan lokal.
Terlibat sejak proses paling awal, dari pemilihan benang, proses pemintalan dan penenunan, dilanjutkan dengan proses membatik yang cermat dan teliti, hingga tahap pewarnaan, kain yang dihasilkan benar-benar merupakan hasil kerja keras dan cinta dari begitu banyak tangan pengrajin Indonesia yang berdedikasi dan terampil; sehingga menjadi simbol sejati budaya dan warisan Indonesia.
***
BINhouse Indonesian Creation, known for creating exquisite and unique cloth pieces inspired by Indonesian cloth heritage, especially batik; a traditional wax resist process on cloth that has been deemed by UNESCO as an Intangible Cultural Heritage of Indonesia.
Established in 1986 by Josephine Komara or better known as Obin, BINhouse started in small pavilion house offering hand-woven cloth for clothing and interior purposes. Obin’s love and passion for batik, stemming from her early childhood memories of seeing her mother and her lady friends wearing fine, stylishly made, tailored kebaya and wrapped in batik, lead into creating something new. At a time when batik was made on silk and cotton procured from overseas, Obin sough craft batik on a more finer cloth, which led her to craft locally hand-woven silk.
Being involved from the earliest creation process, from selecting the yarn, spinning and weaving process, and through the painstaking and careful wax-resist batik process, and to the dyeing stage, the resulting cloth piece is truly a labor of love created by so many dedicated, skilled hands of Indonesian craftsmen; a true symbol of Indonesian culture and heritage.
Achievements
- First prize at the International Textile Design Contest in Tokyo, Japan (1978)
- The 3rd Asian Exhibition of Arts and Crafts - Japan (1998)
- Fashion Icon: "Pelopor Teknologi Kain Tradisional Indonesia"
Contact
Workshop/Shop:
Jl. Purworejo No. 10 Menteng, Jakarta Pusat
Email: [email protected]
Instagram: @binhouse_official
TikTok: -
Facebook: -
Twitter: -
Mobile: +62(21)319-35941