Aktivis budaya dan politik Fadli Zon baru saja menjejakkan kakinya di Serbia dan Bosnia. Selain untuk urusan pertukaran budaya, ia tak melewatkan kesempatan untuk menuju makam Josep Broz Tito di Serbia dan Alija Izetbegivic di Bosnia. “Saya memang suka bertualang ke tempat-tempat yang tak terduga,” ucap Fadli. yang setiap kali menuju suatu daerah atau negara tertentu, ia selalu mengunjungi sejarah dari museum hingga makam tokoh besar yang ada.
“Seperti Gus Dur, hobi saya berziarah ke makam,” ujar pria yang kini tengah menyelesaikan desertasinya di bidang Sejarah di Universitas Indonesia. Jumlah makam yang sudah dikunjunginya sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Mulai dari seluruh makam nabi-nabi dan sahabat-sahabatnya yang terpecah-pecah di berbagai negara, makam tokoh lokal seperti Ranggawarsita, Pangeran Sambernyawa, Sjahrir, hingga tokoh dunia seperti Napoleon, Marie Curie, Martin Luther King, George Washington, Voltaire, JJ Rosseau, Karl Marx, Sun Yat Sen, dan masih banyak lagi.
Asal mula kebiasaan berzirah ini berasal dari kecintaannya membaca biografi tokoh-tokoh besar. Membaca buku biografi artinya mencuri pengalaman dari orang lain, mengetahui tentang pergulatan pemikiran dan juga keputusan-keputusan mereka. “Jadi setiap kali tiba di makam, pengetahuan saya tentang sosok tersebut dan jejak perjalanan sejarah itu langsung melekat,” ucap Fadli yang selalu berdoa di setiap makam sebagai bagian dari ‘pay respect’ terhadap apa yang telah mereka lakukan terhadap dunia. “Saya sudah hampir mengelilingi dunia dan suatu hari saya akan tulis jadi buku.”
Berharap jadi pejabat? Ia menjawab cepat, “Bukan cita-cita. Saat berziarah, saya dapat menyerap energinya. Saya selalu diingatkan, ini loh orang-orang yang sudah berbuat, menjejakkan untuk ‘legacy, dan kita harus menghormatinya.” Baginya, ada satu hal terpenting. Kalau kita tidak tahu masa lalu, bagaimana kita mau tahu hari ini? Kalau kita tak tahu hari ini bagaimana kita melihat masa depan? Berziarah bisa memunculkan kaitan antara masa lalu, hari ini, dan masa depan. Energi dari masa lalu itulah yang selalu dirindukan Fadli Zon untuk menapak masa depannya. (RH)
Foto: dok dewi, Fadli Zon.